Sehingga dapat mendatangkan orang-orang transmigran dari Pulau Jawa oleh kolonial belanda.
Kedatangan para transmigran Jawa ini bertujuan untuk membangun areal pertanian di kolonisasi Tugumulyo sejak tahun 1937, yang erat kaitan nya dengan pembagunan bendungan irigasi Watervang tahun 1939 sebagai sarana persawahan.
Dalam catatan K.J pelzer dalam "Pioneer Seettlement in The Asiantic Tropics” dijelaskan bahwa pembagunan sebagian sarana irigasi telah dahulu dilakukan upaya negosiasi pada tahun 1936 untuk mendapatkan izin lokalisasi transmigran dari Jawa serta areal pembagunan Bendungan Watervang dari 35.000 Ha yang telah di survei.
Maka disepakati hanya 6.575 Ha yang digunakan untuk presentase syarat areal pertanian seluas 2.735 Ha harus diperuntukkan bagi warga Marga Protein V.
BACA JUGA:Hebohkan Jagat Maya, Bayi Babi Lahir Mirip Manusia Dimakamkan Secara Adat
Sedangkan 3.840 Ha untuk para transmigrasi Jawa yang akan didatangkan kolonial Belanda untuk mengurus pertanian persawahan tanaman padi.
Kawasan Marga Protein V kala itu mencakup beberapa dusun diantaranya Muara Beliti, Pedang, Taba Pingin, Tanah Periuk dan seluruh sistem irigasi kolonial dirancang selesai pada akhir tahun 1942 dengan perkiraan biaya 765.000 golden.
Dana sebesar itu digunakan untuk konsultan perencanaan, survei dan belanja modal bangunan jaringan irigasi hingga ke Tanah Periuk, B Srikaton terus ke ujung F Trikoyo.
Panjangnya sekitar kurang lebih 10 km, bahkan jaringan sepanjang 3,15 km dari Watervang dibangun konstruksi khusus mengingat pondasi tanah yang rawan jebol.
BACA JUGA:Mau Keliling Indonesia tapi Gak Punya Uang. Nih Simak 7 Tips Traveling dengan Budget Terbatas
Selain itu sumber dari pelzer 1945 gelombang kedatangan transmigrasi Jawa di Tugumulyo tahun 1937 berjumlah 614 KK, tahun 1938 berjumlah 859 KK dan tahun 1939, 423 KK tahun 1940, 590 KK.
Salah satu kampung kolonial di Tugumulyo di F Trikoyo mulai terbentuk pada tahun 1938 seiring kedatangan orang-orang transmigrasi dari Jawa ini.
Diceritakan oleh Sartirin pada tahun 2015 yang lalu, bahwa ketika itu ia berusia 3 tahun.
Beliau dibawa oleh orang tuanya sebagai anggota transmigrasi dari Nganjuk Jawa Timur maka asal usul warga kampung F Trikoyo mayoritas didominasi para transmigrasi pada gelombang kedua tahun 1938, dari Nganjuk dan Boyolali dalam perjalanannya ini para transmigrasi masuk secara perorangan maupun kelompok dari daerah lain seperti Yogyakarta nama-nama kampung ini sejatinya berdasarkan tempat tinggal asal mereka. (Bersambung)