LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID Seniman adalah seorang yang mampu mewarnai peradaban manusia.
Kehadirannya sangat berarti, yaitu sebagai kunci pembedah peradaban suatu kelompok.
Predikat untuk menjadi seorang seniman sangat berat karena seorang seniman harus memiliki energi “kegilaan” luar biasa. Karena tanpa energi kegilaan ini tidak mungkin seorang seniman mampu melahirkan karya kreatif dan besar.
Sebuah pendapat menyatakan bahwa “seniman-seniman yang mampu mengungkapkan ciptanya ke dalam suatu bentuk seni biasanya disebut seniman kreatif,
sedangkan seniman yang mampu mengungkapkan cipta orang lain disebut seniman penyaji atau seniman timbal” demikian keterangan yang saya ketahui dari beberapa sumber ilmiah.
Berdasarkan pengertian dan pernyataan diatas, maka tidak berlebihan bila saya secara pribadi mentasbihkan sosok K.H. Dr. A.H. Mansur, S.E., M.Pd.I. tidak hanya seorang pimpinan,
Melainkan juga seorang seniman dengan energi “kegilaan”, terkenal tak kenal lelah, pantang menyerah dan melahirkan banyak karya, baik di bidang kreatifitas ide pengelolaan lembaga pendidikan, pencipta lagu, aransemen musik-musik religi, puisi, drama kolosal dan lain sebagainya,
baik yang terdokumentasikan dalam bentuk buku, video, makalah, dan karya lainnya hingga yang tak sempat diabadikan dan hanya diketahui dari orang-orang yang pernah berinteraksi secara langsung dengan beliau pada masa-masa awal berkembangnya Pondok Pesantren Darul Ishlah.
Dalam karya musik misalnya, pada pertengahan 2004, Pondok Pesantren Darul Ishlah sempat mengeluarkan album musik religi yang sangat fenomenal waktu itu dengan seorang vokalis santri berbakat, Muleni, santriwati kelas III Eksperimen asal Desa Bingin Teluk yang lagu-lagunya sampai sekarang masih dinyanyikan pada acara-acara besar di Pondok Pesantren Al-Azhaar.
“Hymne Darul Ishlah” yang kemudian di-aransemen ulang menjadi ”Hymne Al-Azhaar” dan “Mars Al-Azhaar” menjadi dua lagu masterpiece beliau yang akan terus bergema dan dinyanyikan selama Al-Azhaar masih berdiri.
Awal 2004, adalah masa-masa dimana saya banyak melihat sepak terjang beliau di bidang kesenian di Pondok Pesantren Darul Ishlah.
Didukung oleh para pendidik “Super Kreatif”, berbagai cabang kesenian di Pondok Pesantren Darul Ishlah berkembang signifikan.
Geliat kegiatan begitu hidup dan penuh warna.
Pada malam-malam pentas seni misalnya, tak jarang para santri disuguhkan bukan hanya penampilan dari kalangan santri tapi juga penampilan dari dewan Asatidz yang dimotori oleh Sang Kyai.
Penampilan-penampilan yang membuat banyak mata terbelalak dan mulut berdecak kagum,