Seminar Parenting SIT Mutiara Cendekia Lubuklinggau 2024 : Anak Butuh Orang Tua yang Menjadikannya Hebat

Minggu 07 Jul 2024 - 22:20 WIB
Reporter : SULIS
Editor : SULIS

“Fatherless ini bukan berarti anak tak punya Papa. Papanya ada. Papanya masih hidup. Namun Papa tidak terlibat dalam pengasuhan,” tutur Intan, sembari mengapresiasi sebab Seminar Parenting Akbar SIT Mutiara Cendekia justru dihadiri banyak Papa-papa yang menyempatkan diri untuk menimba ilmu Parenting disela kesibukannya.

Intan menuturkan, Mama dan Papa harus sama-sama terlibat dalam pengasuhan.


Tari sambut menjadi pembuka Opening Ceremony Seminar Parenting Akbar di Sekolah Islam Terpadu Mutiara Cendekia Lubuklinggau Sabtu 6 Juli 2024.-Foto : Dokumen -SIT Mutiara Cendekia

BACA JUGA:SDIT Mutiara Cendekia Juara Umum O2SN Tingkat Gugus XI Lubuklinggau, ini Nama Atlet yang Raih Piala

Sebab karakter dari Mama Papa dibutuhkan untuk menumbuhkan karakter pada anak-anak.

“Dari Mama, anak kita laki maupun perempuan akan belajar tentang empati, kasih sayang, dan keluwesan. Sementara dari Papa, anak – anak kita laki maupun perempuan akan belajar berani bilang ‘tidak’, percaya diri, berani memimpin dan karakter leadership lainnya. Jadi sangat penting peran Mama dan Papa untuk menjadikan generasi terbaik kita di masa depan. Jangan sampai ada alpha dari salah satunya.


Penampilan para siswa siswi SMPIT Mutiara Cendekia dalam Seminar Parenting Akbar di Sekolah Islam Terpadu Mutiara Cendekia Lubuklinggau Sabtu 6 Juli 2024.-Foto : Dokumen -SIT Mutiara Cendekia

“Lalu bagaimana cara kita sebagai orang tua yang sekaligus pencari nafkah untuk bisa selalu hadir untuk anak-anak? Bisa. Jangan gara-gara kita ngga mau bikin anak kita kurang kasih sayang lalu resign kerja. Cukup luangkan waktu berkualitas bagi anak-anak kita. Kalau lagi main sama mereka meski 30 atau 60 menit saja, jauh-jauh dari HP kita ajak anak main ngobrol dan sebagainya. Ini penting, waktu sebentar tapi berkualitas itu jauh lebih penting,” tuturnya.

Disamping itu, bicara tentang ‘Luka Pengasuhan Dimasa Lampau’ tutur Intan Erlita,  memang sedikit banyak bisa berimpack pada pola pengasuhan kita terhadap anak saat ini.


Anak Didik PAUD IT Mutiara Cendekia tampil dalam Seminar Parenting Akbar di Conventions Hall Mutiara Cendekia Lubuklinggau, Sabtu 6 Juli 2024. -Foto : Dokumen -SIT Mutiara Cendekia

BACA JUGA:Pentas Seni TKIT Mutiara Cendekia Lubuklinggau 2024,Orang Tua Sukses Ketika Anaknya Bermanfaat Bagi Orang Lain

“Luka pengasuhan itu bisa juga disebut dengan trauma yang dialami seseorang saat masih anak-anak hingga remaja. Pemicu timbulnya luka ini beragam, mulai dari adanya kekerasan fisik, hinaan, direndahkan, dibandingkan, pelecehan seksual, diabaikan, kritik berlebihan, tekanan, maupun over pengendalian. Dan untuk jadi orang tua yang bahagia saat pengasuhan anak, luka pengasuhan masa lampau itu harus disembuhkan,” tutur Intan.

Salah satu contoh luka pengasuhan yang disampaikan Intan adalah saat seorang kliennya konsultasi mengeluhkan anaknya yang sudah SMA tapi kemampuannya dibidang Matematika sangat lemah, sementara IQ-nya kategori tinggi.


Penampilan Anak Didik PAUD IT Mutiara Cendekia dalam Seminar Parenting Akbar di Sekolah Islam Terpadu Mutiara Cendekia Lubuklinggau Sabtu 6 Juli 2024.-Foto : Dokumen -SIT Mutiara Cendekia

Sang Mama mengeluh, kenapa demikian. 

“Saat saya tanya anaknya, sejak kapan nggak suka Matematika? Dia jawab sejak SD. Saat itu yang memicunya tak suka Matematika karena ia tak faham dengan cara guru dalam menjelaskan. Padahal IQ anak tinggi. Orang tua si anak, bukan fokus pada kelebihan anak dengan mencari solusi misal dileskan, cari guru matematika yang cocok dengan anak, atau memahami gaya belajar anak. Tapi lebih pada menjudge bahwa si anak memang lemah dibidang Matematika dan tidak mungkin bisa meraih nilai tinggi. Maka ini menimbulkan luka bagi si anak, sementara dari sisi potensi anaknya sangat berbakat. Lalu siapa sebenarnya yang ‘membunuh’ potensi anak itu? Siapa yang menimbulkan ‘luka’ bagi si anak ini? Ya kita sudah tahu jawabannya. Maka mulai saat ini, fokus pada kelebihan anak, karena setiap anak pasti ada kelebihan dan kekurangan. Tugas orang tua menggali dan memfasilitasi mereka berkembang,” tutur Intan.

Kategori :