Sehingga tugas Puskesmas Taba mengedukasi dan memantau anak stunting di lima Kelurahan, yaitu Wirakarya, Jawa Kanan, Jawa Kiri, Jawa Kanan SS, dan Cereme Taba. Sedangkan Puskesmas Swastisaba memantau anak stunting di empat kelurahan, yaitu Mesat Seni, Mesat Jaya, Dempo dan Karya Bakti.
BACA JUGA:Percepatan Penurunan Angka Stunting, Pj Walikota Lubuklinggau Bagikan Makanan Tambahan
Apa sebenarnya faktor penyebab terjadinya anak stunting?
Kata Iie Sumirat, rata-rata masyarakat yang punya anak stunting ekonominya menengah ke bawah.
“Mereka ini tidak begitu memperhatikan pola makan anak, kerap konsumsi jajan sembarangan, dan tak begitu memperhatikan kebersihan tempat tinggal. Maka kami bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, PU per Tim Sanitasi, dan lainnya untuk mengatasi risiko anak stunting,” jelasnya.
Pihaknya juga membentuk TPPS (Tim Percepatan Penanggulangan Stunting), mulai dari Ketua RT, Lurah, Camat, pihak Puskesmas, Dinkes, Rumah Sakit, Babinsa, Babinkatiknas, Rames, Kapolsek dan lainnya.
“Kendala yang dihadapi untuk menurun angka stunting ini, yaitu terkadang dari orang tuanya sendiri tidak menjaga pola makan pada anak, masih kurang pengetahuan tentang stunting, seperti apa itu stunting, karena kebanyakan masyarakat ini tidak mengetahui bahwa anaknya ini terkena stunting. Sehingga mereka beranggapan anaknya ini terkena penyakit sisik padahal itu adalah stunting, dan mereka lebih memilih berobat ke dukun dari pada ke Puskesmas langsung untuk mengetahui penyakit yang telah di derita anak tersebut,” paparnya.
BACA JUGA:Kembali Lakukan Audit Kasus Stunting
Kendala lainnya, yaitu para orang tua tidak rutin untuk mengecek kesehatan anaknya ke Posyandu atau Puskesmas setempat.
“Harapan kedepannya semoga masyarakat sadar dan mengetahui bahwa sangat penting untuk menjaga pola makan pada anak serta kebersihan lingkungan tempat tinggal, agar terhindar dari stunting pada anak, karena dari segi upaya yang telah dilakukan Pemerintah sudah semaksimal mungkin berupaya dalam menurunkan angka stunting yang ada di Timur II ini. Jadi tinggal kesadaran masyarakatnya lagi,” imbuhnya.(*)