Belajar dari Atraksi Panjat Pinang, Cermin Realita Kehidupan yang Sesungguhnya

Jumat 16 Aug 2024 - 19:08 WIB
Reporter : Erwin Armeidi
Editor : Erwin Armeidi

Oleh: Erwin Armeidi

KORANLINGGAUPOS.ID - Sebentar lagi kita akan merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan (HUT) RI ke-79.

Upaya untuk memeriahkan acara "tujuh belasan" pun mulai marak di berbagai daerah di seluruh penjuru tanah air, termasuk di Kota Lubuklinggau yang tercinta ini.

Salah satu atraksi yang selalu ada dan akan selalu menarik untuk kita saksikan dan amati dalam perhelatan peringatan kemerdekaan bangsa ini adalah panjat pinang.

BACA JUGA:SMAN Terawas Antusias Sambut HUT Kemerdekaan RI ke-79

BACA JUGA:Ikut Serta Memeriahkan HUT RI Ke 79 Kemenag Kabupaten Musi Rawas Adakan Lomba Gembira

Dalam perlombaan ini, sekelompok peserta akan diminta untuk memanjat-secara bersama-sama batang pinang yang terlebih dahulu dilumuri oli (minyak gemuk) demi menjangkau berbagai hadiah yang digantung di puncaknya.

Tak peduli siapa yang akan menjadi orang yang memulai perlombaan, dan siapa pun boleh berpartisipasi.

Yang jelas, melalui panjat pinang ini, akan terbentuk semacam kerja sama yang solid antarpeserta lomba dalam upaya mendapatkan hadiah, disertai dengan sorak-sorai penonton yang mendukung sambil menikmati menyaksikan pelombaan tersebut.

Dari berbagai sumber informasi, panjat pinang merupakan budaya dari tionghoa yang pertama kali diadakan pada zaman dinasti ming semula bernama Qian Gu.

BACA JUGA:Ulama Lubuk Linggau Ajak Maknai HUT Kemerdekaan RI ke-79 dengan 4 Cara, “Jangan Joget-joget”

BACA JUGA:Meriah, Keluarga Besar SMPN 6 Lubuklinggau Gelar Lomba HUT RI ke-79, Tunjukkan Semangat Perjuangan

Di Indonesia dikenal sekitar tahun 1930, para kolonial Belanda mengadakan panjat pinang untuk hiburan hajatan seperti pernikahan, kenaikan jabatan atau pesta ulang tahun.

Lomba panjat pinang hanya diikuti oleh pribumi yang di tonton dan menjadi hiburan bagi kaum Belanda.

Peserta yang terdiri dari kaum pribumi berlomba-lomba saling menyingkirkan dan saling mendapatkan hadiah diatas pohon pinang yang telah diolesi pelican berupa minyak oli atau pelumas, sementara para kolonial Belanda duduk santai menyaksikan hiburan tersebut.

Kategori :