Sang Ibu tak bisa berbuat banyak. Dia teriak. Muslimin yang sedang memperbaiki mesin pompa air dengar istrinya teriak langsung ke arah sungai.
Rizi tak tampak lagi.
“Rizi ini anaknya ngangeni. Usianya baru 2 tahun. Anaknya cerdas. Dia pula yang selalu menyambut ketika sang ayah pulang kerja. Teriakan Rizi membuat Muslimin rindu akan anak keduanya itu. ‘Ayah pulang. Ayah pulang’ begitu riangnya Rizi ketika melihat sang ayah yang kerapkali pulang jelang malam. Rizi bahagia menyambut ayahnya yang seharian bekerja. Muslimin merasa sangat rindu dengan hal itu. Tapi dia bilang ke saya, bahwa dia ikhlas ridho dengan ketentuan Allah SWT ini. Muslimin sudah ikhlas,” tutur Solihin.
BACA JUGA:Jangan Sampai Lupa, Begini Bacaan Doa Melepas Pakaian Agar Dijaga Allah
BACA JUGA:Doa Memohon Ilmu Untuk Mendapatkan Kemudahan dan Keberkahan Dalam Proses Pencarian Pengetahuan.
Apa yang diungkapkan Solihin, tanpa sadar membuat karyawan Linggau Pos larut dalam kesedihan.
Ustadz Shofwan dari Pondok Pesantren Mazro’illah yang diundang datang dalam doa bersama itu memberikan tausiyah yang bisa jadi penenang hati, penyejuk jiwa.
Ia mengajak semuanya meski dalam kondisi berduka harus selalu tetap bersyukur.
“Bagi orang yang beriman apapun yang jadi ketetapanNya, harus yakin selalu ada kebaikan di balik ketetapan itu. Sebab di dunia ini, hanya ada 2 hal yang terjadi. Men dak senang, yo saro. Caro ngadepinnyo harus bener, jangan sampai salah. Kalau susah kita sabar. Kalau senang kita syukur. Jadi dak ada istilah bagi kito wong Islam itu kasihan,” ungkap Ustadz Shofwan.
BACA JUGA:Tak Ada yang Tak Mungkin, Ini Amalan Doa Memohon Kesembuhan untuk Diri Sendiri dari Penyakit
BACA JUGA:Ini Doa Menjenguk Orang Sakit agar Cepat Diberikan Kesehatan, Berikut Bacaan Lengkapnya
Kenapa tak boleh bilang kasihan?
“Kadang kito tengok wong sakit betahun-tahun tebaring. Kito sebut kasihan. Padahal dibalik rasa sakit yang dio rasoke, dio masih bisa dzikir. Bahkan dio masih pacak shalat tepat waktu dengan khusyu. Sementaro kito yang sehat walafiat, kadang tinggal shalat. Nah, kito yang lalai sholat inilah yang patut dikasihani,” tegas Ustadz Shofwan.
Ustadz Shofwan mengingatkan pada kita semua, bahwa yang namanya musibah dak bisa ditolak.
“Sedih ngadepi musibah, itu manusiawi. Tapi dak boleh berlebihan sampai meratapi. Atau sampai nyalahke Allah SWT. Lalu makmano caro kita menghadapi ketentuan Allah SWT? Saya izin kutip Hadits Riwayat Tirmidzi “Apabila anak seorang hamba meninggal dunia, maka Allah bertanya kepada malaikat, ‘Apakah kalian mencabut nyawa anak hamba-Ku?’
Mereka menjawab, ‘Ya’. Allah bertanya lagi, ‘Apakah kalian mencabut nyawa buah hatinya?’ Mereka menjawab, ‘Ya’. Allah bertanya lagi, ‘Apa yang diucapkan hamba-Ku?’ Malaikat menjawab, ‘Dia memuji-Mu dan mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raajiun.’ Kemudian Allah berfirman, ‘Bangunkan untuk hamba-Ku satu rumah di surga. Beri nama rumah itu dengan Baitul Hamdi (rumah pujian),” ungkap Ustadz Shofwan.