KORNALINGGAUPOS.ID - Anggota Komisi XIII DPR RI, H SN Prana Putra Sohe belum lama ini menyoroti kondisi alat detector di sejumlah Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di Sumatera Selatan (Sumsel) banyak yang rusak.
Hal itu diungkapkan H SN Prana Putra Sohe yang akrab disapa Nanan usai melakukan Kunjungan Kerja (Kunker) ke sejumlah Lapas di Sumsel.
Dan kemungkinan tegas Nanan sapaan akrabnya ini, kondisi ini juga terjadi di Lapas se Indonesia. Kalau Sumatera Selatan jelas. Tapi menurutnya, kalau vendor pengadaannya sama, artinya se Indonesia mengalami hal yang sama.
Untuk itu ia berharap, kondisi ini segera dicarikan penyelesaiannya.
BACA JUGA:Hari Ibu ke 96, Lapas Narkotika Kelas IIA Muara Beliti Apresiasi Perjuangan dan Kontribusi Perempuan
BACA JUGA:5 Tahanan Kabur dari Lapas, 3 Orang Masuk Hutan, 2 Jatuh Patah Kaki
"Saya sendiri miris melihatnya. Kita ingin melakukan pengamanan di Lapas, tapi alat X Ray dan metal detectornya rusak. Bagaimana mau memastikan tidak ada lagi handphone di Lapas, peredaran Narkoba dan sekitarnya," ungkapnya.
Kondisi ini pun dibenarkan oleh KPLP Lapas Kelas IIA Lubuklinggau, Adi Kusuma saat dibincangi, kemarin. Dan menurutnya kondisi ini pun sudah cukup lama, bahkan sudah hampir 5 tahun. Kondisi ini tegasnya, juga terjadi di Lapas lainnya di Indonesia.
Alat untuk memeriksa barang bawaan secara otomatis ini diakui Adi sangat berguna, untuk memeriksa barang titipan dari pembesuk.
"Ya karena kondisinya rusak, mau tidak mau kita gunakan pemeriksaan secara manual. Ada dua petugas, satu laki-laki dan satu perempuan yang melakukan pemeriksaan kepada pengunjung maupun barang yang dibawa saat membesuk," jelas Adi.
BACA JUGA:Antusias Warga Binaan Lapas Narkotika Kelas IIA Muara Beliti Dapat Peralatan Mandi
BACA JUGA:Menyambut Natal dan Tahun Baru 2025, Lapas Narkotika Kelas IIA Muara Beliti Razia Kamar Warga Binaan
Kondisi ini pun diakui Adi sudah mereka laporkan.
"Ya tapi memang belum, karena informasinya untuk memperbaiki alat tersebut, alat yang harus diganti itu harganya cukup mahal dan belinya di luar negeri," jelasnya lagi.
Namun Adi memastikan, menggunakan cara manual bukan berarti pengawasan tidak dilaksanakan secara ketat.