MUSI RAWAS, KORANLINGGAUPOS.ID - Gangguan jiwa sebenarnya dapat muncul karena beberapa hal. Termasuk cedera pada otak, gangguan fungsi pada otak, otak kekurangan nutrisi, kekurangan oksigen pada otak anak saat proses persalinan, pernah merasakan pelecehan seksual, merasa disia-siakan saat kecil, kurang bergaul dengan orang lain, serta merasa minder, rendah diri, tidak mampu, atau merasa kesepian.
Gangguan jiwa tidak berbeda dengan gangguan fisik yang harus segera diobati. Bila gejala yang telah disebutkan di atas tidak kunjung hilang, bicarakan segera dengan orang-orang terdekat, karena beban akan terasa hilang setelah bercerita.
Gejala seseorang alami gangguan jiwa:
- Mudah tersinggung dan perilaku agresif.
- Mengalami gangguan tidur.
- Mengalami masalah fokus dan konsentrasi.
- Perilaku berisiko dan berbahaya.
- Waspada yang berlebihan.
- Mudah kaget.
Namun, jika kamu sudah tidak dapat mengontrol apa yang dirasakan, mintalah pertolongan kepada ahlinya agar kamu tidak salah langkah mengambil keputusan.
Dengan melakukan deteksi dini dan penanganan yang baik maka gangguan jiwa dapat cepat dipulihkan dan tidak mejadi makin berat. Deteksi dini gangguan jiwa dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit, psikiater, psikolog, perawat jiwa dan di rumah sakit jiwa.
BACA JUGA:Asep ODGJ, Anak Kandung Tombak Ayah dan Ibu Dibacok
BACA JUGA:Bahaya Banget, Dampak Makan Minum Sambil Berdiri
Pemeriksaan yang dilakukan adalah wawancara, pemeriksaan lab dan radiologi (bila diperlukan), tes kesehatan mental dan tes psikologis lainnya. Setelah diagnosis ditegakkan maka terapi akan segera dimulai dan kesembuhan akan cepat diraih. Pengobatan untuk gangguan jiwa berlangsung lama dan dibutuhkan konsultasi yang rutin.
Dengan melakukan deteksi dini dan pemeriksaan maka gangguan jiwa yang berat dapat dihindari sehingga bahaya juga bisa dicegah.
Mari kita juga menghindari memberikan stigma dan diskriminasi bagi orang dengan gangguan jiwa karena mereka dan keluarganya sudah cukup menderita dengan gangguan jiwa yang dialaminya.
Penyebab seseorang bisa menderita gangguan jiwa bermacam-macam atau disebut multifaktorial, yaitu faktor genetik atau keturunan, kondisi ibu selama dia mengandung, bila ada gangguan mental, emosional, atau fisik maka akan memengaruhi saraf otak janin yang dikandungny, proses persalinan, bila ada komplikasi maka meningkatkan risiko, penyakit fisik seperti panas tinggi, kejang, atau penyakit berat lainnya mulai dari lahir sampai usia sekarang, riwayat jatuh, terbentur kepala, kena pukul atau kecelakaa dan bisa juga karena penggunaan Narkoba/Napza seperti: alkohol, ganja (cannabis). Shabu-shabu, Extasy, obat penenang, heroin (putaw), dll.
BACA JUGA:Berikut Syarat Petugas Pelipat Surat Suara Pemilu 2024, salah Satunya Dilarang Bawa HP
BACA JUGA:Jasa Raharja Santuni Korban, Wapres Minta KAI Benahi Teknis Pengaturan Kereta Api
Gangguan jiwa juga bisa disebabkan, riwayat peristiwa traumatis, beban psikologis yang berat, masalah yang sulit diselesaikan, konflik, keinginan yang tidak tercapai, kemarahan yang terpendam, kesedihan yang mendalam, kehilangan, kekecewaan, dll.
Semuanya itu membuat keseimbangan zat kimia di otak (neurotransmitter) menjadi berubah dan tidak stabil dan inilah yang memunculkan adanya perubahan pada: cara berpikir, perasaan, sikap, dan perilaku.(*)