Oleh karena itu, pertama-tama tanyakan kepada hati kecil kita sebelum kita memposting dan memberitahukan amalan kita kepada orang lain,
“Ini benar motivasi atau jangan-jangan pamer?”
“Benarkah hati ini sudah ikhlas? Jangan-jangan karena ingin pamer.”
Saudaraku, sesungguhnya ikhlas itu berat, sementara kita tidak yakin amalan kita diterima. Ada yang lebih penting dari ibadah itu sendiri, yaitu bagaimana agar ibadah itu diterima oleh Allah. Para Nabi saja dengan kerendahan hati mereka, masih berdoa mengharap amalnya diterima.
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang mana merupakan seutama-utama Nabi, ketika melakukan seutama-utama ibadah yaitu membangun Ka’bah, ditemani oleh anaknya yang shalih dan juga Nabi yaitu Nabi Ismail ‘alaihissalam, ditambah ibadah itu atas perintah langsung dari Allah, bersamaan dengan itu beliau tetap khawatir Allah tidak menerima ibadahnya, beliau berdoa,
BACA JUGA:Gejala Lupus yang Perlu Diwaspadai
“Ya Allah, terimalah amal kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 127)
Lantas kita, yang amalannya belum tentu ikhlas, dilakukan oleh diri kita yang serba kurang, lalu kita pamerkan ke orang lain?! Siapa yang menjamin amalan kita akan diterima oleh Allah?! (muslimafiyah)