LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID - Direktorat Sekolah Menengah Pertama (Direktorat SMP) bersama dengan UNICEF melangsungkan edukasi mengenai kesehatan mental remaja lewat webinar bertajuk “Sobat SMP Sehat Mental, Sehat Digital” di kanal YouTube Direktorat SMP.
Acara yang diikuti KORANLINGGAUPOS.ID tersebut selain mengedukasi tentang kesehatan mental remaja, juga menjadi momen peluncuran “Buku Pedoman Kesehatan Jiwa Remaja Jenjang SMP.”
Plt. Direktur Direktorat SMP Drs. I Nyoman Rudi Kurniawan, M.T mengungkapkan, isu kesehatan jiwa pada remaja merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian serius.
Keseimbangan kesehatan jiwa dan fisik tidak bisa dianggap remeh karena hal tersebut berhubungan dengan perkembangan individu remaja.
BACA JUGA:Lowongan Kerja BUMN PT Pegadaian, Minimal S1 Posisi Relationship Manager Digital Lending
--
“Jika kita ingin menciptakan generasi yang tangguh kreatif dan berdaya, kita harus memprioritaskan kesehatan jiwa mereka,” ungkap Nyoman.
Saat ini, pelajar remaja selain menghabiskan waktu di sekolah, juga banyak menghabiskan waktu di dunia digital.
Kondisi di dua tempat tersebut sangat menentukan kesehatan mental pada remaja.
Jika mereka tidak bisa meregulasi emosi dan tidak mendapatkan sistem dukungan yang optimal dari lingkungan sekitarnya, dapat mengarah kepada isu kesehatan mental sehingga menyebabkan remaja mengalami kesulitan dalam belajar.
BACA JUGA:10 Cara Menggunakan Alodokter atau Halodoc Memaksimalkan Layanan Kesehatan Digital,Yuk Simak Disini
“Melalui edukasi dan peluncuran ‘Buku Pedoman Kesehatan Jiwa Remaja Jenjang SMP’, diharapkan Sobat SMP dapat menjaga kesehatan mentalnya sehingga dapat menjadi pelajar yang memiliki profil pelajar Pancasila,” ujar Nyoman.
UNICEF Supporter Psikolog Anak dan Remaja Anastasia Satriyo, M.Psi., Psikolog menjelaskan, pada masa remaja terdapat berbagai perubahan, baik dari fisik, pikiran, dan perasaan.
Salah satu perubahan yang dialami pada masa remaja adalah terjadinya penurunan jumlah dopamin yang berperan dalam memberikan perasaan senang.
“Jadi tidak heran walaupun masalah hidup lebih banyak dialami oleh orang dewasa dibandingkan remaja, tetapi beban mentalnya akan terasa lebih berat pada remaja,” jelas Anastasia.