LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID - Sindrom Broken Heart, atau yang secara medis dikenal sebagai Kardiomiopati Takotsubo, bukanlah sekadar metafora puitis tentang patah hati.
Fenomena ini, yang sering kali muncul dalam narasi romantis sebagai sebuah ungkapan kesedihan mendalam, ternyata memiliki dasar biologis yang nyata dan efek fisik yang serius pada jantung.
Pada tulisan kali ini kita akan menyelami lebih dalam tentang apa itu Broken Heart Syndrome, bagaimana ia terjadi, dan mengapa hal ini lebih dari sekadar patah hati biasa.
Apa Itu Sindrom Broken Heart?
BACA JUGA:Cewek Wajib Tahu, Berikut 3 Tanda Pria Tulus Mencintai Kalian
Sindrom Broken Heart pertama kali diidentifikasi di Jepang pada tahun 1990 dan dinamai “Takotsubo” karena bentuk jantung yang mirip dengan perangkap udang tradisional Jepang, takotsubo.
Kondisi ini terjadi ketika stres emosional atau fisik ekstrem menyebabkan bagian dari jantung untuk membesar dan tidak berfungsi dengan baik, sementara bagian lainnya berfungsi normal atau bahkan dengan kontraksi yang lebih kuat.
Ketika seseorang mengalami stres yang intens, tubuh melepaskan hormon adrenalin dan hormon stres lainnya.
Pada beberapa orang, terutama wanita yang lebih tua, ini dapat menyebabkan “stunning” dari miokardium (otot jantung), yang menyebabkan bagian dari jantung sementara melemah dan menyebabkan gejala yang mirip dengan serangan jantung.
BACA JUGA:Wanita Wajib Ketahui Tanda Pria Mencintaimu Karena Fisik Atau Cantikmu
Gejala Sindrom Broken Heart sangat mirip dengan serangan jantung, termasuk nyeri dada dan kesulitan bernapas. Hal ini sering menyebabkan penderitanya dilarikan ke UGD dengan dugaan serangan jantung. Namun, berbeda dari serangan jantung, penyumbatan arteri tidak sering ditemukan pada pasien dengan Sindrom Broken Heart.
Faktor risiko utama Sindrom Broken Heart adalah stres emosional berat, seperti kematian orang yang dicintai, perceraian, atau bahkan kejutan yang menyenangkan seperti menang lotere. Wanita menopause memiliki risiko lebih tinggi, meskipun ini bisa terjadi pada siapa saja, dari berbagai usia
Meskipun banyak pasien pulih sepenuhnya dalam beberapa minggu, kondisi ini bukan tanpa risiko. Komplikasi bisa termasuk gangguan irama jantung, gagal jantung, dan dalam kasus yang sangat jarang, kematian mendadak.
Pengobatan Sindrom Broken Heart sering melibatkan obat-obatan yang sama dengan yang digunakan untuk mengobati gagal jantung atau serangan jantung, seperti beta-blocker dan ACE inhibitor. Aspek penting lainnya adalah manajemen stres, yang dapat mencakup terapi, meditasi, dan latihan fisik.
BACA JUGA:Kisah Cinta Anies Baswedan dan Istri Terbongkar di Senyum Manis Love Story