Badut-badut awal di periode abad pertengahan, yang dikenal sebagai orang bodoh abad pertengahan, akan terus-menerus mengingatkan orang-orang akan kematian mereka, sifat binatang dari manusia, dan bagaimana manusia bisa begitu tidak masuk akal dan picik.
Jadi, meskipun tujuan badut adalah untuk membuat lelucon lucu dan membuat penonton tertawa, mereka juga memberikan kesadaran nyata kepada orang-orang akan keberadaan mereka. Mereka menjadi pengingat betapa manusia tidak sehebat yang dikira dan pandai dalam menghadapi berbagai hal.
Jika kita menelusuri kembali sejarah badut dan dari mana asalnya, kita akan menemukan badut pedesaan dari teater Yunani dan Romawi. Tapi ini bukanlah prototipe badut dengan hidung besar berwarna merah dan wajah bercat putih seperti yang kita kenal sekarang.
Kata badut ditambahkan ke dalam bahasa Inggris pada abad ke-16. Artinya mirip dengan orang bodoh pedesaan. Abad ke-19 adalah saat badut sirkus menjadi terkenal, khususnya di Eropa. Tak satu pun dari badut ini yang menakutkan.
BACA JUGA:Penderita Asam Lambung Takut Untuk Berpuasa,Terapkan 7 Tips Ini Aman Untuk Berpuasa
Akan sulit untuk menelusuri kembali kapan dan bagaimana badut dianiaya. Apa yang kita tahu adalah bahwa ada literatur yang menampilkan badut jahat sebagai karakternya. Misalnya, Edgar Allen Poe menulis tentang badut jahat dalam bukunya pada tahun 1849.
Demikian pula, Pagliacci adalah sebuah opera di abad ke-19 yang menampilkan badut pembunuh yang jahat. Tak lama lagi, akan ada kasus-kasus di masyarakat seperti kasus John Wayne Gacy yang membuat kengerian badut jahat menjadi nyata.
Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa coulrophobia tidak memerlukan keberadaan badut dengan cakar atau gigi tajam atau niat membunuh untuk memicu rasa takut.(*)