Vaksin DPT Sering Kosong ini Penjelasan Kepala Dinkes Kota Lubuklinggau

Kadinkes Kota Lubuklinggau Erwin Armeidi.-Foto: Dokumen-Linggau Pos

BACA JUGA:Vaksinasi PMK 74.391 Ekor Hewan Ternak

Oleh karena itu, pemerintah memasukkan imunisasi DPT sebagai salah satu imunisasi dasar lengkap yang wajib diperoleh oleh anak sebelum usia 1 tahun.

Difteri, pertusis, dan tetanus masuk ke dalam tubuh dengan cara yang berbeda. Seseorang bisa tertular difteri dan pertusis saat ia tidak sengaja menghirup atau terkena percikan air liur yang dikeluarkan penderita saat batuk dan bersin.

Sementara itu, bakteri tetanus dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka pada kulit, seperti luka akibat tertusuk paku dan jarum atau luka karena gigitan hewan. 

Berdasarkan jadwal imunisasi yang dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), imunisasi DPT primer diberikan sebanyak 3 kali dan imunisasi DPT tambahan atau booster sebanyak 2 kali. Dengan dosis Dosis 1-3 diberikan ketika anak berusia 2, 3, dan 4 bulan atau 2, 4, dan 6 bulan dengan dosis sebanyak 0,5 ml setiap pemberian.

BACA JUGA:Polio Tidak Bisa Disembuhkan, Namun Bisa Dicegah dengan Imunisasi Lengkap

Dosis keempat atau booster pertama diberikan sebanyak 0,5 ml ketika anak berusia 18 bulan. Dosis kelima atau booster kedua sebanyak 0,5 ml diberikan saat anak berusia 5-7 tahun. Dosis booster selanjutnya dapat diberikan pada anak saat ia berusia 10-18 tahun. Booster vaksin tetanus dan difteri juga dapat diberikan lagi setiap 10 tahun sekali.

Jika anak sedang sakit, pemberian imunisasi DPT dapat ditunda hingga kondisinya membaik. Anak perlu mendapatkan seluruh dosis imunisasi DPT yang sudah ditentukan. Jika Anda tidak sengaja melewatkan salah satu dosis imunisasi, segera ke fasilitas kesehatan terdekat untuk menerima dosis yang terlewat atau mendapati imunisasi kejar.

Namun karena menimbulkan efek samping seperti demam dan sebagainya, banyak juga para orang tua khawatir memberikan imuniasasi DPT ke anak mereka. Padahal semua jenis imunisasi memang dapat menyebabkan efek samping, termasuk imunisasi DPT.

Namun, efek samping ini biasanya ringan dan tidak membahayakan, seperti bengkak dan rasa sakit pada area suntik, demam ringan, serta penurunan nafsu makan.

BACA JUGA:Belum Imunisasi Anak, Segera Ikuti ‘Imunisasi Kejar’

Untuk meredakan rasa sakit pada area suntik, Anda dapat mengompres area tersebut dengan kain basah. Anda juga bisa memberikan obat penurun panas jika anak mengalami demam setelah menjalani imunisasi.

Selain itu, hindari memakaikan pakaian atau selimut yang terlalu tebal pada anak setelah imunisasi, karena hal ini justru dapat memerangkap panas di dalam tubuh dan membuat demam tidak kunjung turun.

Pada kasus yang sangat jarang terjadi, imunisasi DPT dapat menimbulkan reaksi alergi berat pada anak, mulai dari demam tinggi, pembengkakan pada wajah atau tenggorokan, kejang, hingga penurunan kesadaran.

Jika anak mengalami efek samping yang tidak kunjung reda atau reaksi alergi  setelah imunisasi DPT, segera bawa ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan