Wisata Candi Cetho Peninggalan Kerajaan Majapahit Abad ke-15 Masehi

Wisata Candi Cetho Peninggalan Kerajaan Majapahit Abad ke-15 Masehi-tangkap layar-Instagram @soloindonesia

KORANLINGGAUPOS.ID - Candi Cetho merupakan candi Hindu yang diduga kuat dibangun pada akhir zaman Majapahit.

Lokasi Candi Cetho berada di lereng Gunung Lawu pada ketinggian 1496 MDPL, dan masih berada di lereng Gunung Lawu. Dapat diakses dari kota Solo hingga Karanganyar atau Tawangmangu.

Kompleks Candi Cetho digunakan oleh penduduk setempat dan peziarah Hindu sebagai tempat peribadahan.

Secara administratif berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.

BACA JUGA:3 Tempat Wisata Perkebunan Kopi di Indonesia, Cocok Buat Kamu yang Ingin Penelitian

Candi cetho diduga kuat dibangun pada masa Majapahit pada abad ke-15 Masehi. Seperti halnya Candi Sukuh, Candi Cetho juga menggambarkan konsep Megalitikum. 

Candi Cetho mempunyai 13 (tiga belas) teras berundak dari barat ke timur berdasarkan data tahun 1928. Namun pemugaran pada tahun 1978 mengakibatkan hanya tersisa sembilan teras saja.

Mengutip dari laman Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Candi Cetho dibangun sekitar tahun 1451-1470 pada masa Kerajaan Majapahit. Dalam bahasa Jawa, cetho artinya jelas. 

Nama Cetho juga dijadikan nama dusun tempat pura ini berada karena dari sana masyarakat dapat melihat dengan jelas ke berbagai arah, antara lain pemandangan kota Solo, Gunung Merapi, Merbabu, Lawu, dan Sumbing.

BACA JUGA:Suku Kubu Kandang Tersebar di 3 Lokasi Musi Banyuasin, Ada Dijadikan Tempat Wisata

Keberadaan Candi Cetho pertama kali dilaporkan oleh Van De Vlis pada tahun 1451-1470. Penemuan ini kemudian menarik perhatian sejumlah arkeolog seperti W.F. Sutterheim, K.C. Crucq, NJ. Chrome, AJ. Bernet Kempers, dan Riboet Dharmosoetopo.

Situs Candi Cetho merupakan situs keramat yang berkaitan dengan penghormatan terhadap roh leluhur yang pada abad ke-15 kemudian diubah menjadi sebuah monumen dengan unsur budaya Hindu-Jawa. 

Candi ini juga sempat mengalami pemugaran pada tahun 1975-1976 oleh Inspektur Jenderal Pembangunan (Irjenbang) Sudjono Hoemardhani.

Pura di sana juga menjadi tempat peristirahatan para penganut kepercayaan asli Jawa atau Kejawen.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan