Didik Anak Seperti Ini Agar Terhindar Dari Perilaku Bullying
Didik Anak Seperti Ini Agar Terhindar Dari Perilaku Bullying -tangkap layar-@Victory News Sumba Timur
KORANLINGGAUPOS.ID - Akhir-akhir ini kita banyak mendengar dan melihat baik secara langsung maupun tidak langsung perundungan yang dilakukan terhadap seseorang yang berkedudukan lemah sehingga dampaknya sungguh berat bagi korban perundungan tersebut.
Masih segar dalam ingatan kita bagaimana anak-anak sekolah menindas teman-teman sekelasnya, baik laki-laki (siswa) maupun perempuan (siswa), dan tindakan tersebut terekam dan kemudian menjadi viral.
Dalam salah satu rekaman video perundungan yang beredar di media sosial, terlihat perilaku kasar dan jahat yang dilakukan oleh para pelajar, baik laki-laki maupun perempuan, terhadap seorang siswi yang masih tidak berdaya.
Bahkan, dari pakaian yang dikenakannya, netizen bisa mengenali identitas agama para pelaku bullying yang tentunya merupakan penganut bullying.
BACA JUGA:Yukk Ketahui Peran Penting Orang Tua Dalam Pendidikan Kesetaraan
Dengan adanya berbagai platform media sosial yang memungkinkan hal-hal buruk dengan mudah menyebar ke seluruh dunia, fenomena bullying sungguh menginspirasi karena bisa menjadi semacam “ide” atau “inspirasi” bagi yang menonton.
Karena merasa punya ide, mereka yang menonton bisa saja meniru dan melanjutkan interaksi sosial dengan cara yang tidak sehat. Hal ini tentu berbahaya bagi anak kita.
Bullying adalah perilaku agresif (menyerang) yang tidak menyenangkan, baik verbal, non-verbal, fisik atau sosial, di dunia nyata atau maya, yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap (biasanya) seseorang.
Tindakan atau perilaku bullying merupakan perilaku yang dapat memberikan dampak buruk bagi orang yang menjadi sasarannya.
BACA JUGA:6 Rekomendasi Jurusan Kuliah yang Lulusannya Paling Dicari PT PLN, Camaba Wajib Ketahui
Ada pula pendapat lain yang menyatakan bahwa bullying adalah suatu tindakan yang dilakukan berulang-ulang (berulang-ulang) dan merupakan dominasi seseorang terhadap orang lain yang dianggap “lebih rendah” atau “lebih lemah” dari pelakunya.
Penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih mungkin menjadi pelaku dan korban bullying dibandingkan anak perempuan. Dimana anak laki-laki lebih banyak melakukan intimidasi fisik.
Sedangkan perundungan terhadap anak perempuan cenderung bersifat emosional dan psikologis, seperti bersikap sinis atau menyebarkan gosip berupa informasi atau berita palsu.
Bullying paling banyak terjadi di sekolah-sekolah, baik tingkat SD, SMP, maupun SMA. Sebab, sekolah merupakan tempat berkumpulnya sehingga terjadi interaksi yang intens antara anak-anak dengan berbagai profil demografi dan kepribadian.