Ada 10.678 MABA UGM Mengikuti PIONIR

Ada 10.678 MABA UGM Mengikuti PIONIR-Tangkap layar -

Kalianlah yang berhasil berjuang untuk menjadi bagian dari Keluarga Besar Universitas Gadjah Mada (UGM), ujar Ova Emilia di awal sambutannya.

Beliau menyampaikan kepada mahasiswa UGM bahwa merekalah yang terpilih.

Betapa tidak, karena kalian semua terpilih mengalahkan setidaknya 13 orang lainnya yang memiliki keinginan yang sama untuk masuk Universitas Gadjah Mada (UGM).

BACA JUGA:Ini 3 Kampus Unggulan Pelaksana Kuliah Gratis Program Pemkab Muba

BACA JUGA:Kesempatan Kuliah Kampus Negeri Jalur UM-PTKIN 2024, Berikut Jadwal, Syarat Pendaftaran dan Ketentuan Tesnya

Kepala Sekolah berkeyakinan bahwa mahasiswa MABA telah mencurahkan seluruh kemampuan jasmani, mental, dan spiritualnya untuk dapat diterima di Universitas Gadjah Mada.

Dalam acara PIONEER diharapkan kepada para MABA UGM dapat menikmati acara tersebut, mendapatkan teman baru, menikmati suasana baru yang tentunya akan mereka ikuti selama 4 tahun ke depan.

“Gadjah Mada Muda adalah PELOPOR hebat yang berkomitmen kuat dalam proses menjadi generasi unggul yang mempunyai kemampuan dan daya saing untuk menjadi pemimpin Indonesia 10 hingga 20 tahun mendatang,” Ia mengumumkan.

Banyak hal baru yang akan dilakukan kedepannya dan UGM ingin memastikan mahasiswa baru mengapresiasi, menikmati dan dengan senang hati mengikuti kegiatan rintisan minggu ini.

BACA JUGA:Jurusan Terbaik Top 10 Kampus di Rumania

BACA JUGA:8 Kampus Swasta Terbaik 2024 dengan Akreditasi Unggul di Indonesia, yang Bisa Dijadikan Referensi

Melalui tema Koperasi Gadjah Mada Muda, Generasi Atas Indonesia, UGM sangat berharap kedepannya mahasiswa tidak hanya memperdalam ilmu yang diperlukan saja.

Lebih lanjut, perlu adanya kolaborasi interdisipliner, serta pengakuan budaya peserta didik dalam lingkungan kampus yang cerdas, inklusif, berbudaya, bermartabat, dan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila.

“Anda semua akan dihadapkan pada berbagai bidang ilmu yang berbeda, dari fakultas yang berbeda, dari daerah yang berbeda dan budaya yang berbeda, dan mungkin juga dari bahasa ibu yang berbeda.

Dari sini kita akan belajar tentang sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi, mampu mengintegrasikan tidak hanya kecerdasan intelektual tetapi juga kecerdasan emosional sebagai parameter utama untuk menghadapi tantangan dan perubahan sistem ekologi global,” jelasnya

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan