Belajar dari Atraksi Panjat Pinang, Cermin Realita Kehidupan yang Sesungguhnya

Erwin Armeidi.-Foto: Dokumen Pribadi.-

Selain itu, ukuran kualitas manusia di mata Sang Pencipta adalah ketaqwaannnya, bukan seberapa banyak hartanya, tinggi pangkat dan jabatannya, tinggi pendidikannya, atau berbagai embel-embel duniawi lainnya.

Setiap peserta perlombaan sadar diri atas kemampuan yang mereka miliki, yang bobot badannya cukup subur tentu tidak akan bersikeras untuk berada di atas.

BACA JUGA:Menginspirasi, SDN 85 Lubuklinggau Gelar Lomba Dalam Rangka Meriahkan HUT RI ke-79, Ini Tujuannya

BACA JUGA:Meriahkan HUT RI dan Hari Pengayoman ke-79, Lapas Narkotika Kelas IIA Muara Beliti Gelar Lomba Antar Pegawai

Ia tentu lebih tepat berada di bawah dan menjadi tumpuan bagi peserta lain yang berat tubuhnya lebih ringan.

Jika kita analogikan dalam kehidupan sehari-hari, maka sudah sepatutnya orang yang memiliki kemampuan dipersilakan dan didukung untuk mencapai puncak kariernya.

Kita akan menghadapi berbagai masalah jika menggunakan faktor kedekatan dan ewuh pakewuh dalam memilih dan menempatkan sumber daya manusia.

Kembali ke analogi panjat pinang, baik peserta yang di atas maupun yang di bawah mempunyai peran masing-masing.

BACA JUGA:Perayaan Upacara HUT RI Ke-79 Pada 17 Agustus Mendatang di IKN Tak Dihadiri SBY dan Megawati

BACA JUGA:26 Lembaga Sangat Antusias Ikuti Karnaval HUT RI ke 79 Tahun

Mereka yang di atas tidak mungkin bisa meraih cita-cita tanpa ada orang orang yang mendukungnya.

Lagipula, dalam kehidupan ini, seseorang tidak selalu akan menuai apa yang telah mereka tabur, terkadang justru sebaliknya.

Kita harus berbesar hati mengizinkan orang lain menuai apa yang kita rintis selama ini.

Paling tidak kita sudah berkontribusi terhadap keberhasilan orang lain.

BACA JUGA:Resmi untuk Sekolah dan Kantor, Ini 12 Susunan Upacara HUT RI 17 Agustus 2024

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan