UU Kepariwisataan Dan Pulau Mengare
Dr. Tomy Michael, SH.MH Dosen Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya-Foto : Dokumen Pribadi-
Transformatif teknologi berpotensi untuk membentuk kembali struktur masyarakat, memastikan bahwa perjalanan dan pariwisata bukan sekadar kegiatan rekreasi, tetapi juga sarana untuk dampak sosial, inklusivitas, dan pemberdayaan.
Landasan dalam perjalanan transformatif ini adalah munculnya teknologi inklusif. Dengan munculnya teknologi inklusif, terjadi pergeseran paradigma.
BACA JUGA:Lepas Penatmu dengan Berakhir Pekan di Objek Wisata Air Terjun Temam dan Waterpark Lubuk Linggau
BACA JUGA:Inilah 4 Tempat Wisata Alam di Palembang yang Wajib Dikunjungi
Perpaduan kepariwisataan dan teknologi harus dilakukan ketika terjadi penolakan dari masyarakat.
Penolakan dapat dimaknai sebagai kejenuhan dalam mengunjungi suatu tempat, kelayakan transportasi hingga penciri khusus yang tidak dimiliki.
Dalam opini berbasis penelitian ini, keberadaan Pulau Mengare di Gresik adalah pemenuhan atas hak alamiah manusia.
Mengacu pada data bahwa terdapat Benteng Lodewijk yang dibangun pada 1808 oleh Herman Willem Daendels.
Tugas utama penunjukannya adalah untuk mempersiapkan pertahanan Jawa dari serangan Inggris.
Herman Willem Daendels kemudian memerintahkan pembuatan jalan raya pos dari Anyer sampai Panarukan, dengan tujuan agar pasukan tentaranya lebih mudah untuk bergerak.
BACA JUGA:5 Pilihan Wisata Tempat Healing Gratis di Palembang, Ibu Kota Sumsel yang Cocok untuk Bawa Keluarga
BACA JUGA:Desa Tenganan Wisata Natural Bernuansa Klasik di Bali Cocok untuk Refreshing
Walaupun Benteng Lodewijk telah menjadi Situs Cagar Budaya Peringkat Kabupaten berdasarkan Keputusan Bupati Gresik Nomor: 028/477/HK/437.12/2020 pada saat penulis mengunjunginya tidak terdapat papan petunjuk atau papan penjelasan mengenai keberadaan Benteng Lodewijk. Kemudian di sisi sebelahnya terdapat Pantai Ayang-Ayang yang pasir putihnya sangat memukau.
Di bagian ini cukup memenuhi unsur tentang kewajiban kepariwisataan yaitu adanya papan untuk berswafoto bertuliskan “Pantai Ayang-Ayang” dan jika kita berlanjut beberapa puluh meter kesebelahnya akan terlihat kumpulan kera sebagai penghuni tetap.
Sebetulnya keberadaan Pulau Mengare ini bisa membawa peningkatan perekonomian kepada masyarakat maupun wisatawan.