Opini: Sastra di Era Milenial
Feryanti Kurnia Andi. -Foto: Dokumen Pribadi-
KORANLINGGAUPOS.ID - Di tengah derasnya arus informasi dan kemajuan teknologi, sastra mengalami transformasi yang signifikan di era milenial.
Perubahan ini tidak hanya meliputi cara kita mengakses dan menikmati sastra, tetapi juga bagaimana sastra itu sendiri dibentuk dan dipahami oleh generasi muda.
Dalam konteks ini, penting bagi kita untuk mempertanyakan: apa arti sastra di era yang serba digital ini?
Salah satu dampak yang paling mencolok dari perkembangan teknologi adalah munculnya platform digital yang memungkinkan penulis untuk berbagi karya mereka secara langsung.
BACA JUGA:Opini: Sastra dan Jurnalisme Sastrawi
BACA JUGA:Peran Sastra dalam Kehidupan Sehari-hari
Platform seperti Wattpad dan Medium menjadi ladang subur bagi penulis-penulis baru, yang mungkin sebelumnya tidak memiliki akses ke penerbitan tradisional.
Ini adalah peluang besar untuk memperluas cakupan sastra dan memberikan suara kepada mereka yang terpinggirkan.
Namun, di balik kemudahan akses ini, terdapat tantangan yang tidak kalah penting.
Dengan maraknya karya sastra yang diterbitkan secara online, muncul pertanyaan tentang kualitas.
BACA JUGA:Mengolah Sastra dengan Diksi dan Kalimat untuk Memikat Hati Rakyat
BACA JUGA:Didukung Fasilitas Lengkap, Murid SDIQ Ar-Risalah Lubuk Linggau Ikuti ANBK
Apakah semua yang dipublikasikan di platform digital layak dianggap sastra?
Di sini, kita dihadapkan pada tanggung jawab untuk membedakan antara karya yang memiliki kedalaman dan nilai artistik, dan yang sekadar hiburan semata.