Petani Kopi OKU Teriak, Hujan Deras dan Harga Anjlok Serempak

Petani Kopi OKU Teriak, Hujan Deras dan Harga Anjlok Serempak-Tangkap Layar -
KORANLINGGAUPOS.ID – Musim panen kopi di Kabupaten OKU Selatan yang seharusnya menjadi momen harapan bagi petani kopi, kini justru penuh tantangan.
Dalam dua pekan terakhir, hujan deras terus mengguyur wilayah Kisam Raya, memaksa petani kopi melakukan berbagai upaya demi menyelamatkan hasil panen mereka.
Salah satu langkah yang banyak ditempuh oleh para petani kopi adalah menggiling buah kopi basah sesaat setelah dipetik.
Cara ini dipilih karena dinilai bisa mempercepat proses pengeringan biji kopi, yang biasanya terkendala cuaca mendung dan hujan hampir setiap hari.
BACA JUGA:Makam Petani Kopi Dibongkar, Ungkap Dugaan Kasus Pembunuhan
“Kalau dibiarkan utuh, buah kopi bisa kering dalam waktu seminggu atau bahkan lebih.
Tapi dengan cara digiling, pengeringannya bisa dipercepat jadi 4 sampai 5 hari,” ujar Ujang (46), petani kopi asal Desa Pulau Kemuning, Kecamatan Kisam Tinggi, Rabu 9 April 2025.
Langkah ini memang menambah biaya produksi. Para petani harus merogoh kocek sekitar Rp 5.000 per karung untuk jasa penggilingan.
Namun, mereka tak punya banyak pilihan.
BACA JUGA:Harga Naik Petani Kopi Full Senyum, Ada 1.246 Hektare Kebun Kopi di Lubuklinggau
Jika menunggu buah kopi kering secara alami dalam kondisi cuaca lembab, risiko biji membusuk atau tumbuh jamur menjadi lebih besar.
“Kami terpaksa keluarkan biaya lebih. Tapi daripada kopi rusak, lebih baik seperti ini,” tambah Ujang.
Masalah tak berhenti di situ. Harga kopi kering di tingkat petani justru mengalami penurunan tajam.
Jika sebelumnya sempat menyentuh Rp 65.000 per kilogram menjelang Lebaran, kini harganya turun drastis menjadi Rp 55.000 per kilogram.