Sejarah Dibalik Benda Bersejarah di Museum Subkoss Garuda Sriwijaya Lubuklinggau, Kereta Lokomotif Uap C3082

Lokomotif Uap C3082 Koleksi Museum Subkoss Lubuklinggau-Foto : Hikmah-Linggau Pos

BACA JUGA:Sambut Personel Baru, ini Pesan Penting Wakapolres Lubuk Linggau Kompol H. Asep Supriyadi

Dengan lebar lintasan 1.067 mm, loko ini cocok untuk menarik kereta ekspres, kereta barang penumpang campuran, atau kereta barang dengan muatan berat.

Termasuk lokomotif uap C3082 yang digunakan di Karesidenan Palembang untuk melintasi jalur Kertapati – Lubuklinggau.

Kota Lubuklinggau merupakan wilayah administratif pada masa pemerintahan Onder Afdeeling Moesie Oeloe, sehingga dibangun proyek-proyek vital oleh Kolonial Belanda.

Seperti Perkebunan Karet di Belalau, Perkebunan Kelapa Sawit di Air Temam dan Taba Pingin, persawahan di Tugumulyo, semuanya dibangun pada tahun daerah Lubuklinggau.

BACA JUGA:Punya Segudang Manfaat, Yuk Coba Nikmatnya Kopi Hitam Asli Batu Urip Lubuklinggau 

“Mengingat proyek-proyek vital penunjang ekonomi yang dibangun ini sangat menguntungkan Belanda, maka hasil-hasil bumi tersebut diangkut ke gerbong barang yang ditarik menggunakan lokomotif uap C3082 dan dibawa ke Palembang untuk diangkut ke Batavia,” ungkapnya.

Pada tahun 1942, Jepang menguasai Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pada tanggal 14 Februari 1942, Jepang berhasil mendarat dan menguasai Palembang, Sumatera Selatan.

Pada tanggal 17 Februari 1942 Jepang berhasil menguasai Lubuklinggau dan mengambil alih kekuasaan.

Controleur beserta keluarganya dan pejabat Belanda dibawa menggunakan lokomotif ini ke Palembang sebagai tawanan Jepang.

BACA JUGA:Polres Lubuk Linggau Dapat Penghargaan dari Ombudsman RI, Bukti Dedikasi Ciptakan Pelayanan Publik Transparan

Sebagian besar angkutan Jepang di Palembang juga diangkut menggunakan Lokomotif uap ini.

Saat itu kekuasaan Jepang bertahan lama karena kalah perang melawan Sekutu. Kekalahan Jepang dimanfaatkan Indonesia untuk meraih kemerdekaan yang ditandai dengan proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Melihat munculnya kekuatan tersebut, Belanda mengambil kesempatan untuk merebut kembali wilayah jajahannya.

Situasi pro dan kontra di kedua belah pihak pada akhirnya melahirkan perang yang kemudian dalam catatan sejarah dikenal sebagai agresi militer Belanda ke seluruh Indonesia, termasuk Sumatera.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan