Tausiyah KH Ahmad Ishomuddin : Jangan Cemaskan Rejeki Esok

Keraguan terhadap (datangnya) rezeki (pada esok hari) adalah keraguan terhadap al-Raziq (Allah yang sangat banyak memberikan rezeki).-Foto : Dokumen Wahdah Inzpirasi Zakat-

KORANLINGGAUPOS.ID - Sebuah kisah menarik untuk jadi bahan bacaan saat Ramadhan 1445 H ini. Tulisan KH Ahmad Ishomuddin yang dikutip KORANLINGGAUPOS.ID dari laman NU Online. Di sana berkisah tentang sebuah hikmah, bahwa ‘Jangan Cemaskan Rejeki Esok’. Berikut tulisan beliau selengkapnya.

Terkenang masa bertahun-tahun lalu saat saya menjadi santri yang mengaji di Pondok Pesantren Langitan, Widang, Tuban, Jawa Timur, sebuah pesantren kuno yang berada tepat di tepian Bengawan Solo

Saat itu, Pondok Pesantren Langitan masih diasuh oleh dua orang kyai kharismatik, yaitu KH Ahmad Marzuqi Zahid dan KH Abdullah Faqih, kini keduanya telah wafat. Keduanya menjadi guru utama saya dan ribuan santri lainnya dalam bidang agama yang mata rantai keilmuannya bersambung hingga Rasulullah. 

Masih lekat dalam ingatan saya hingga kini, saat itu, mulai pada tanggal 12 Juni 1989, KH Abdullah Faqih membacakan sebuah kitab dalam bidang Ilmu Tasawwuf yang berjudul Taj al-'Arus al-Hawiy Tahdzib al-Nufus, salah satu karya dari al-Syaikh Taj al-Din bin' Atha'illah al-Iskandari (wafat tahun 707 H.), penulis Kitab al-Hikam yang sangat populer di kalangan dunia pesantren NU itu.

BACA JUGA:Takjub Ada Festival Parade Kostum, 6 Negara dengan Tradisi Unik pada Hari Raya Idul Fitri

Kiai Abdullah Faqih seperti biasa senantiasa memulai pengajian kitab tersebut dengan doa dan tidak lupa juga mendoakan al-Syaikh 'Atha'illah al-Iskandari dengan bersama-sama para santri membacakan surat al-Fatihah untuk dihadiahkan pahalanya kepada beliau.

Selanjutnya Kiai Abdullah Faqih memberikan kata pengantar singkat tentang kitab Taj al-' Arus sambil memberikan beberapa nasehat kepada para santri yang duduk dengan tenang tanpa kegaduhan mengelilinginya, dan penuh penghormatan kepadanya. Saya masih ingat beberapa nasehat Kiai Faqih dalam Bahasa Jawa yang tertanam dalam hati saya hingga kini.

Di antara nasehat Kiai Abdullah Faqih adalah bahwa beliau berpesan agar dalam mengaji tashawwuf dari Kitab Taj al-'Arus para santri jangan sekali-kali punya niat untuk mengoreksi hati orang lain. Sebab, apabila isi kitab itu hanya untuk mengoreksi hati orang lain, niscaya yang terlihat hanyalah keburukan-keburukannya saja. Hendaklah mengaji kitab tasawwuf ini diniati untuk mengoreksi dan memperbaiki hati diri sendiri.

"Perhitungkanlah diri kalian sebelum kalian semua diperhitungkan".

BACA JUGA:7 Amalan Ringan Namun Berpahala Besar Yang Dapat Dikerjakan Selama Bulan Ramadhan

Kiai Abdullah Faqih juga berpesan agar para santri selalu memperbaharui keimanan dengan memperbanyak membaca kalimat tauhid "La ilaha illa Allah (Tiada Tuhan selain Allah)."

"Perbaharui imanmu dengan ucapan La ilaha illa Allah".

Di antara isi Kitab Taj al-'Arus yang dibacakan oleh Kiai Abdullah Faqih dan diterjemahkan kata perkata dari Arab ke dalam bahasa Jawa, dan sesekali dijelaskan dengan sedikit campuran bahasa Indonesia adalah tentang masalah rezeki. Bahwa di antara pertanda kelalaian hati dan kesempitan akal adalah bila engkau menanggung rasa prihatin, apakah terjadi atau tidak. 

Engkau meninggalkan  keprihatinan yang pasti terjadinya itu. Engkau segera berkata bagaimana didapati harga barang pada esok hari, dan bagaimana diperoleh keadaan pada tahun ini, sedangkan kasih sayang Allah pasti akan datang dari arah yang tidak engkau ketahui. Keraguan terhadap (datangnya) rezeki (pada esok hari) adalah keraguan terhadap al-Raziq (Allah yang sangat banyak memberikan rezeki).

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan