Sedang Marak Puluhan Kerbau Mati Mendadak, ini Himbauan Dokter Hewan Musi Rawas
drh. Gunjal Ritonga - Kepala Puskeswan Tugumulyo Musi Rawas-Foto : Dokumen Pribadi -drh. Gunjal Ritonga
LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID - Penyakit Septicemia epizootica (SE) atau ngorok merupakan penyakit infeksi akut atau kronis pada sapi dan kerbau yang terjadi secara septikemik.
Penyakit ini juga terjadi pada jenis hewan ternak lain seperti unta, kambing, domba, babi, dan kuda. Seperti namanya, kerbau yang berada di stadium terminal akan menunjukkan gejala mendengkur (mendengkur), selain pembengkakan di daerah submandibular dan leher bagian bawah.
Penyakit SE menimbulkan kerugian yang sangat besar karena dapat menyebabkan kematian, penurunan berat badan, dan hilangnya tenaga bantuan pertanian dan transportasi.
Selain itu, seringkali para peternak terpaksa menjual ternaknya di bawah harga potongan, termasuk yang masih berguna bagi ternaknya, untuk menghindari kerugian akibat kematian ternak.
BACA JUGA:100 Kerbau Akan Divaksi Antisipasi Serangan Virus Septiceimia Epizootica
Penyakit mendengkur atau SE disebabkan oleh Pasteurella multocida serotipe 6B dan 6E menurut klasifikasi Namioka dan Mlirata. Tipe B dikenal sebagai tipe I dalam klasifikasi Carter dan biasanya diisolasi di Asia, sedangkan tipe E biasanya dipelihara di Afrika.
Penyakit SE banyak ditemukan di Indonesia dan negara lain, kecuali Australia, Oceania, Amerika Utara, Afrika Selatan, dan Jepang.
Kebanyakan wabah bersifat musiman, terutama pada musim hujan. Penyakit sporadis juga ditemukan sepanjang tahun. Selain itu juga ditambah faktor predisposisi seperti kelelahan, kedinginan, transportasi, anemia dan lain sebagainya.
Kotoran hewan yang terinfeksi (air liur, urin, dan feses) dapat mengandung bakteri Pasteurella. Bakteri yang jatuh ke tanah, jika kondisinya cocok untuk pertumbuhan bakteri (lembab, hangat, teduh) akan bertahan kurang dari satu minggu dan dapat menginfeksi hewan yang sedang merumput di tempat tersebut.
BACA JUGA:Puluhan Kerbau Mati, Begini Gejalanya yang Perlu Diwaspadai
Tanah tidak lagi dianggap sebagai reservoir permanen bakteri Pasteurella, ada kemungkinan serangga dan lintah dapat berperan sebagai vektor.
Kepala Puskeswan Tugumulyo, drh. Gumjal Ritonga, M.Si yang juga selaku Pimpinan Klinik Hewan Medika Satwa saat diwawancara KORANLINGGAUPOS.ID Kamis 18 April 2024 menjelaskan Pasteurella multocida penyebab SE atau hemorrhagic septicaemia merupakan bakteri yang patogen terutama pada sapi dan kerbau. Dimana kedua hewan tersebut reservoir bakteri.
Lanjutnya, gejala klinis penyakit SE antara lain, sesak nafas, nafsu makan turun, diare, feses berdarah, pembengkakan daerah submandibula atau bawah dada, dan bengkak daerah ekor
"Penyakit SE ini menyerang sistem nafas dan pencernaan sehingga sifatnya akut menyebabkan sesak nafas dan sulit menelan," ujar drh. Rumjal kepada KORANLINGGAUPOS.ID, Kamis 18 April 2024.