DBD Bukan Demam Biasa, Begini Gejala Khas Penderitanya
Pengunjung Puskesmas Swasti Saba membaca info di papan pengumuman puskesmas. Di sana, banyak informasi kesehatan yang disosialisasikan pada masyarakat, salah satunya cara pencegahan DBD.-Foto : Hikmah/-Linggau Pos
LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID - DBD (Demam Berdarah Dengue) merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia yang cenderung penyebarannya semakin luas.
Selain itu, kasus demam berdarah juga dipengaruhi oleh perilaku masyarakat, sehingga jika lengah terhadap kebersihan lingkungan akan berdampak pada banyaknya kasus yang muncul setiap bulannya.
Pelaksanaan pemantauan jentik atau Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) menyasar seluruh rumah dan tempat umum yang sebelumnya terjadi di wilayah kerja Puskesmas Swasti Saba.
Adapun beberapa objek yang dipantau pihak kesehatan antara lain, bak mandi, pot bunga, tatakan dispenser, barang yang tidak terpakai, dan air menggenang.
BACA JUGA:BPS Sebut Inflasi Lubuk Linggau 0,25%, ini Pemicunya
dr. Devi Masila, selaku Dokter Umum Puskesmas Swasti Saba saat diwawancara wartawati KORANLINGGAUPOS.ID Rabu pagi, 3 Januari 2024 mengungkapkan, cara untuk pencegahan DBD adalah sering membersihkan lingkungan sekitar, banyak-banyak minum air putih, selalu cek genangan air yang ada disekitar.
“Sekarang musim hujan, jadi cara pencegahan DBD adalah kita harus memperhatikan lingkungan sekitar supaya tidak ada genangan air gitu, terus ya nutup-nutup seluruh apa yang ada genangan air misalnya bak mandi dan taburkan bubuk abate,” ungkap dr. Devi.
Sementara itu, angka penderita DBD di tahun 2023 yang terdapat di wilayah terdekat Puskesmas Swasti Saba ada dua kasus yaitu di Kelurahan Dempo dan Kelurahan Karya Bakti.
Di mana, pengidap DBD yang terdata di Puskesmas Swasti Saba berusia sekitar 15 tahun sampai 29 tahun.
BACA JUGA:USG Kehamilan Bisa di Puskesmas
Untuk diketahui, cara mengobati pasien yang sedang terkena DBD adalah dianjurkan banyak-banyak meminum air putih. Kondisi ini dilakukan karena peran cairan tubuh pasien sangat besar dalam masa pengobatan DBD.
“Ya paling penting asupan cairannya mbak. Jadi harus banyak minum air dan juga pasien kita bantu dengan obat-obatan untuk mengatasi gejalanya, contohnya kayak demam yang mungkin bisa kita kasih vitamin, karena hal terpenting adalah memberikan edukasi pada masyarakat,” jelasnya saat ditemui di Puskesmas Swasti Saba, Jalan Bromo, Kelurahan Karya Bakti, Kecamatan Lubuklinggau Timur 2.
Menurut dr Devi, penanganan dan pengobatan khusus antara anak-anak dan orang dewasa secara umum tidak ada perbedaan apapun, hanya saja volume cairan atau infus yang diberikan sesuia dengan dosis masing-masing. Hal tersebut karena pengidap DBD cenderung mengeluarkan banyak cairan tubuh.
Maka, saran dia, bagi masyarakat Kota Lubuklinggau, jika kalian merasakan kondisi kesehatan menurun seperti demam atau sebagainya jangan disepelekan.