Namun, jika berbicara tentang figur 'kuda hitam', bisa jadi figur HRW dan Dian Prasetio akan menjadi kompetitor kuat.
Tergantung bagaimana dalam sisa waktu 7 (tujuh) bulan kedepan, keduanya mampu meng-konversi potensi personal (popularitas, tim kampanye/relawan, networking serta logistik) menjadi elektabilitas pada pemilih.
Figur Ristanto Wahyudi, dengan backbone Heri Amalindo (serta 'klaim dukungan mantan Bupati Ridwan Mukti') punya kans untuk bersaing, jika mampu memformulasi potensi dan strategi pemenangan yang tepat.
BACA JUGA:Pilkada Musi Rawas 2024, Ratna Machmud Berpasangan Adik Kandung Hj Suwarti?
Bahwa posisi petahana Hj. Ratna Machmud dalam 2 kali Pilkada Musi Rawas sebenarnya tidak terlalu 'dominan' raihan suaranya. Apalagi pada periode pertama kepemimpinan Musi Rawas di bawah Hj. Ratna Machmud-Hj. Suwarti, tidak ada program dan capaian 'luar biasa' yang dilakukan sampai saat ini.
Setidaknya jika kita komparasikan dengan program Ridwan Mukti terkait Musi Rawas Agropolitan serta Musi Rawas Darussalam, artinya, prestasi petahana 'biasa-biasa saja'.
Sehingga bagi kompetitor/bakal paslon lain : bukan hal yang 'tidak mungkin' untuk mengalahkan petahana, jika memiliki potensi serta ramuan strategi yang tepat.
Apakah Musi Rawas butuh figur baru seperti Firdaus Cek Olah (FCO), Azandri, Hj. Suwarti, H. Ristanto Wahyudi (HRW) atau Dian Prasetio sebagai bupati? Harus di jawab dengan 'tawaran program perubahan' serta strategi yang pas dari figur penantangnya diatas kepada masyarakat Musi Rawas sebagai pemilih, melalui sosialisasi, kampanye serta komitmen yang kuat.
BACA JUGA:Inilah 49 Daftar Nama-nama Kader Partai Golkar yang Disiapkan Akan Maju Pilkada se-Sumsel
"Satu hal yang jelas bahwa kriteria pemimpin yang paham akan problem lokal dan memiliki pengalaman di Musi Rawas menjadi salah satu kriteria utama yang harus dimiliki oleh siapapun paslon yang akan ikut berkontestasi dalam Pilkada Musi Rawas 2024," paparnya. (*)