“Bahkan ada isu juga, jika ingin ke kebun dan sawah melewati jembatan itu dihadang untuk bayar. Semua tidak benar. Itu hoax. Mungkin dulu ada karyawan-karyawan yang meminta biaya saya tidak tahu karena karyawan di Sungai Kesie ini banyak dan berganti-ganti. Untuk sekarang jika ada keluhan apapun itu bisa lapor ke saya, karena saya sekarang terjun sendiri untuk mengelola Sungai Kesie,” tegas Rita.
Tempat bermain di Objek Wisata Sungai Kesie di Kelurahan Lubuk Tanjung, Kecamatan Lubuklinggau Barat 1.-Foto : Gilang Andika-Linggau Pos
BACA JUGA:Happy Bareng Keluarga ke Objek Wisata Sungai Kasie Lubuklinggau
BACA JUGA:Pengelola Objek Wisata Sungai Kasie Lubuklinggau Siap Sambut Pengunjung
Ia juga menambahkan bahwa untuk sistem penyewaan ban tergantung lagi ke pondok masing-masing yang menyewakan, tetapi umumnya sewa ban kecil Rp 5.000 dan besar Rp 10.000 dan jika ada anak-anak yang hanya memiliki uang Rp 20.000 yang mau sewa 3 ban besar dibolehkan.
“Kadang ada juga jika warga tidak ada uang untuk menyewa ban bisa kami kasih gratis,” jelasnya.
Untuk sistem keamanan, Rita memastikan dijamin aman karena di setiap area di Sungai Kesie ada tim keamanan dan jika ada kerusakan akan mereka ganti.
Rita berharap supaya kedepannya tidak ada tuntutan lagi untuk Sungai Kesie baik dari Karang Taruna dan dari luar Karang Taruna.
BACA JUGA:Dua Pria Warga Muara Enim dan Bandung Ujung Bawa Biji Terlarang, Kapolres AKBP Bobby Sampaikan ini
BACA JUGA:Bocah Tenggelam di Sungai Rawas Muratara, Kehabisan Nafas Saat Berenang
Pengelolah Sungai Kasie saat memberikan sembako kepada para pedagang yang ada di Kesie-Dokumen
“Jika ada masalah bisa dibicarakan dengan baik-baik karena Sungai Kesie ini punya Kota Lubuklinggau dan bukan milik pribadi bahkan Wisata Sungai Kesie sudah memiliki surat Izin dari Camat, Lurah dan Dinas Parawisata,” tegas Rita.
Salah seorang pedagang di lokasi yakni Santi berharap jangan sampai Objek Wisata Sungai Kesie ditutup.
“Saya sangat tidak setuju untuk penutupan Sungai Kesie. Karena saya berjualan di Sungai Kesie dari awal objek wisata ini buka dan sampai sekarang, yang sudah menjadi mata pencaharian sehari-hari untuk makan dan sebagainya, dan semenjak ada isu Sungai Kesie ditutup pengunjung menjadi berkurang,”ungkapnya.
Padahal, kata Santi, Sungai Kesie tetap selalu terbuka setiap harinya, tetapi untuk pengunjung sangat berkurang dan berdampak terhadap perekonomian di sini.
BACA JUGA:Siswanya Berhasil Raih Juara 1 Badminton Walikota Cup, ini Harapan Kepala SDN 31 Lubuklinggau