Tahu tersebut berjenis tahu putih yang direbus.
BACA JUGA:Ada 7 Peristiwa yang Wajib Diketahui Umat Muslim di Bulan Safar
BACA JUGA:6 Tanaman Hias Daun Panjang Unik yang Sedang Tren di Tahun 2024, Cocok Ditanam di Pekarangan Rumah
Istri Ong sangat menyukai dan selalu melahap tahu buatan Ong.
Saking sayangnya suami kepada istri, Ong hampir memasak tahu setiap hari sebagai santapan utama.
Ong juga kadang membagikan tahu buatannya secara gratis ke sesama etnis Tionghoa atau tetangga di hari raya.
Tidak jarang juga Ong menjual tahu tersebut di lapak jualannya.
Namun, antusias orang terhadap tahu tersebut sangat rendah.
Bukan soal karena berbayar atau tidak, tetapi memang lidah mayoritas orang Sumedang tidak bisa menerima tahu buatan Ong.
Singkat cerita, akibat penurunan omset, Ong dan istri memilih pulang kampung ke China di tahun 1917.
Di tahun yang sama, datang anak Ong, Ong Bung Keng, ke Sumedang untuk meneruskan bisnis ayahnya.
BACA JUGA:Penjual Otak-Otak dan Tahu Crispy di Lubuklinggau Bisa Raup Omset Puluhan Juta Dalam Sebulan
"Kegagalan orang tuanya dalam menjual tahu membuat Ong Bung Keng berpikir tentang apa yang harus dia lakukan agar tahu tersebut lebih menarik," tulis peneliti BRIN itu.