Mamang ini masih tergantung pada sudut pandang yang mengmeknainya.
Chatbot AI ini memang saat ini masih belum tersedia untuk umum atau belum bisa dikonsumsi publik.
Sebagai pemimpin di perancangan Life2vec, Profesor Sune Lehmann Jørgensen dari Technical University of Denmark menyatakan model ini hanya latihan.
Yang menggunkan data dari Denmark dan memang hasilnya saat ini mungkin tidak akurat namun jika diterapkan pada populasi dari negara lain bisa mencapai 78 persen.
BACA JUGA:Google hadirkan Pixel 9 Pro dengan Versi Serupa Tapi Tak Sama, Free Spesial Gemini AI
BACA JUGA:Infinix Xpad Resmi Diluncurkan Pakai MediaTek Helio G99, Jadi Tablet Pertama dari Infinix!
Tentu dengan hadirnya AI ini tidak boleh jatuh ke tangan perusahaan besar.
"Jelas, model kami tidak boleh digunakan oleh perusahaan asuransi atau perusahaan manapun," tegas profesor.
Karena gagasan asuransi adalah disampaikannya, dengan berbagi ketidaktahuan tentang siapa yang akan menjadi orang yang tidak beruntung tersebut.
"Baik yang terkena insiden, kematian, atau kehilangan barang, kita dapat berbagi beban ini," katanya.
BACA JUGA:Ternyata Ini 7 Brand Jam Tangan Tertua di Dunia, Harganya Masih Fantastis Sampai Sekarang
BACA JUGA:Paling Top, 5 Sepeda Listrik UwinFly dengan Performa Canggih dan Harga Mulai 1 Jutaan
Namun, ia juga menyampaikan saat ini telah banyak teknologi seperti Life2Vec, dan hampir serupa sudah berada di luar sana.
"Perusahaan teknologi besar yang memiliki banyak data tentang kita kemungkinan besar sudah menggunakannya untuk membuat prediksi tentang kita," katanya.
Meskipun demikian, ada satu manfaat mengetahui kapan Anda akan meninggal hingga menunda kematian.
Dalam tulisannya di jurnal Nature Computational Science, tim peneliti menambahkan,