Kedua, menyebarkan virus.
Mulut dan napas bisa mengandung virus. Ketika kita meniupkan napas ke makanan atau minuman, virus bisa menyebar menuju makanan atau minuman dengan cepat.
Virus tersebut kemudian bisa menular ke tubuh orang lain, jika kita memberikan makanan atau minuman itu pada orang lain.
Ketiga, menaikkan keasaman makanan.
BACA JUGA:Kiat Mendidik Anak Sejak Balita Hingga Remaja ala Dian Purnama
Makanan atau minuman panas mengandung uap air. Ketika kita meniup makanan atau minuman, akan terjadi pembentukan senyawa asam karena uap air bergabung dengan karbondioksida dari napas kita.
Senyawa asam tersebut akan mengakibatkan keasaman pada makanan naik. Makanan dengan kadar asam yang meningkat, jika dikonsumsi terus menerus akan mengganggu kesehatan.
Bahkan dikutip dari laman Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia meniup air panas dianggap sebagai perbuatan yang makhruh. Karena perbuatan itu dilarang oleh Rasulullah saw,
Abu Zakariya Al-Anshari dalam kitab Asnal Mathalib memberikan penjelasan sebagai berikut: "Ia (Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam) tidak memakannya dalam keadaan panas sampai agak dingin."
BACA JUGA:Simak Info Lengkap Jadwal, Syarat dan Persiapan Masuk PTN 2024
Artinya, Nabi Muhammad saw tidak pernah mengonsumsi makanan dan minuman dalam keadaan panas.
Karena dalam segi kesehatan, mengonsumsi sesuatu yang panas membuat lidah iritasi sehingga tidak bisa merasakan makanan atau minuman secara maksimal.
Namun jika makanan atau minuman tersebut sudah menjadi hangat, hal itu tidak menjadi persoalan.
Jika ingin cepat dinginnya, lebih baik menggunakan kipas untuk menurunkan suhunya.
BACA JUGA:Kampanye di Pontianak Anies Baswedan Janji Berikan Bansos Plus
Sedangkan menurut beberapa ulama Mazhab Hanbali, meniup makanan atau minuman untuk mendinginkannya adalah perbuatan yang makruh. Karena dapat menghilangkan berkah.