LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID - Upacara pernikahan adat Indonesia penuh warna dan makna. Masyarakat Indonesia memaknai siklus kehidupan seperti perkawinan, kehamilan, persalinan dan kematian sebagai peristiwa yang sakral.
Maka tak heran jika berbagai ritual, tradisi dan upacara dilakukan pada momen-momen tersebut.
Setiap wilayah di kepulauan yang luas ini mempunyai upacara dan tradisi yang berbeda-beda.
Salah satunya adalah tradisi Mandi Kasai yang dilangsungkan pada pesta pernikahan masyarakat kota Lubuklinggau di Provinsi Sumatera Selatan (Sumseli).
BACA JUGA:Kurma Alfatih, Tempatnya Belanja Kurma Berkualitas di Lubuklinggau
Tradisi berenang Kasai di Lubuklinggau dilakukan oleh sepasang suami istri yang mandi di sungai, disaksikan oleh teman dan kerabatnya.
Upacara adat Mandi Kasai di wilayah Lubuklinggau sudah berlangsung sejak abad ke-14, yaitu sebelum pengaruh Kesultanan Palembang sampai ke wilayah Uluan (pedalaman dari Musi Ulu).
Mandi diselenggarakan sebagai bagian dari rangkaian acara ini, yaitu para pengiring memercikkan air kepada para pengiring setelah kedua mempelai mandi dan terjadi pancuran air.
Namun, acara adat yang unik dan sakral ini sudah ditinggalkan.
BACA JUGA:Warga Sebut LPG 3 Kg Langka, ini Penjelasan Disperindag Lubuklinggau
Tradisi ini mempunyai dua makna, yang pertama merupakan tanda calon pengantin meninggalkan masa remajanya dan melangsungkan perkawinan.
Arti lainnya: Mandi Kasai membersihkan jiwa dan raga perkawinan.
Tradisi mandi Kasai inilah yang menginspirasi lahirnya tari kreasi kota Lubuklinggau yaitu Tari Bujang Gadis.
Tarian kreasi ini dibawakan oleh pria dan wanita dengan mengenakan pakaian adat yang sering dikenakan masyarakat Desa Lubuklinggau.
BACA JUGA:Kemplang Ikan Asli Bu Iin Lubuklinggau Rasa Jempolan, Cubolah!