Pendidikan keluarga merupakan satu ruang pembelajaran utama dan pertama yang diperoleh anak sejak masih dalam fase asuhan orang tua, pendidikan tersebut berkontribusi besar terhadap pembentukan kepribadian dan kecerdasan anak. Bahkan dapat dikatakan bahwa keberhasilan dan kegagalan pendidikan keluarga menentukan keberhasilan dan kegagalan anak di masa depan.
KORANLINGGAUPOS.ID - Ada faktor-faktor umum dalam situasi keluarga yang dapat memberi pengaruh yang positif atau pengaruh yang negatif terhadap perkembangan psikis seorang individu, salah satunya adalah faktor keutuhan keluarga.
Keutuhan keluarga adalah keutuhan dalam struktur keluarga, yaitu bahwa di dalam keluarga itu ada ayah, ibu, dan anak-anak. Apabila tidak ada ayah atau ibu, atau kedua-duanya tidak ada, maka struktur keluarga itu tidak utuh lagi.
Keutuhan orang tua (ayah dan ibu) dalam satu keluarga sangat dibutuhkan agar pengaruh, arahan, bimbingan, dan sistem nilai yang direalisasikan orang tua senantiasa tetap dihormati, mewarnai sikap dan pola perilaku anak-anaknya.
BACA JUGA:Jangan Disepelekan, Kenali Gejala Awal Anak Kena Mental
Keadaan keluarga tidak utuh ini mengakibatkan gangguan psikologis bagi anak-anak, karena mereka kurang mendapat perhatian dan kasih sayang yang seharusnya mereka peroleh pada masa remaja.
Akibatnya mereka mengalami gangguan emosional atau neurotik, seperti mengisolasikan diri dari teman-temannya, merasa kesepian karena merasa tidak diperhatikan lagi, merasa tidak percaya diri, mereka kurang membangun interaksi sosial dengan orang lain serta punya harapan hidup yang rendah.
Tempat perkembangan awal bagi seorang anak sejak saat kelahirannya hingga proses perkembangan jasmani dan rohani di masa mendatang adalah keluarga.
Mereka membutuhkan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman untuk berlindung pada orangtuanya untuk mencapai perkembangannya. Tanpa sentuhan manusiawi itu, anak akan merasa terancam dan dipenuhi rasa takut.
BACA JUGA:8 Cara Mengajarkan Puasa pada Anak
Bagi seorang anak, keluarga memiliki arti dan fungsi yang penting bagi kelangsungan hidup maupun dalam menemukan makna dan tujuan hidup.
Selain itu di dalam keluarga anak didorong untuk menggali, mempelajari, dan menghayati nilai-nilai kemanusiaan, religius, norma-norma (etika), dan pengetahuan.
Lantas bagaimana ketika orang tua bertengkar?
Dikutip KORANLINGGAUPOS.ID dari laman Kemendikbud, ternyata hal ini menyebabkan anak menjadi sedih, kesal, malu, kecewa, tidak nyaman. Dampak kedua, hubungan orang tua berjarak menyebabkan anak merasa marah bahkan sedih. Ketiga, keluarga jarang berkumpul dan beraktivitas bersama menyebabkan anak tidak merasakan kedekatan emosional.
BACA JUGA:Catat, ini Dampak Jika Anak Sering Konsumsi Makanan Mengandung Gula