Beberapa Sekolah di Lubuklinggau Sulit Dapat Siswa Baru, ini Solusinya!

Dr. Rusmana Dewi – Dosen Universitas PGRI Silampari-Foto : Dokumen -Linggau Pos

BACA JUGA:MAN 1 Lubuklinggau Mulai Terima Siswa Baru 2024, Catat Jadwal dan Ketentuan Tesnya

Kenyataannya, meski program sudah ditawarkan sedemikian rupa, namun masih juga sistem zonasi dipermainkan oleh oknum-oknum tertentu.

Misalnya, demi mendapatkan sekolah pilihan orang tua rela memindahkan/menitipkan KK anaknya pada kenalan, keluarga, dan orang lain yang tempat tinggalnya sesuai zonasi sekolah yang dituju. Permainan-permainan seperti ini dianggap solusi dan sudah  menjadi rahasia umum, dan sulit untuk mencegah dan mendeteksinya. 

Kelima, sekolah yang berdiri berdekatan. Sekolah yang berdekatan, apalagi tingkat sekolah yang sama, akan berefeks  ketidakseimbangan jumlah siswa yang diterima. Hal ini banyak terjadi pada  satu kompleks terdiri dari beberapa sekolah.

Selain tidak memberikan ruang yang nyaman untuk belajar, terkesan  berdesak-desakkan, akibatnya sekolah yang tidak menjadi tujuan/favorit akan semakin terpuruk. Akan muncul kecemburuan sosial dan lain sebagainya. 

BACA JUGA:Mahasiswa Baru Wajib Tahu, Inilah 7 Peralatan yang Harus Disiapkan Saat Pertama Kali Jadi Anak Kost

Mendapati fenomena-fenomena di atas, tidak banyak yang bisa dilakukan. Meski beberapa sekolah di pinggiran, telah berupaya memberikan motivasi terbaik, namun mindset orang tua wali dan siswa memilih  sekolah di tengah kota tidak bisa diabaikan.  

“Ini merupakan PR besar pemegang kebijakan untuk kembali meninjau dengan saksama ketika mendirikan atau menambah sekolah. Banyaknya berdiri gedung sekolah di suatu daerah tidak bisa dijadikan tolak ukur bahwa pendidikan suatu daerah tersebut  maju. Tetap harus ditinjau rasio  jumlah penduduk (zonasi) dengan sekolah yang dituju,” pesan dia. 

Selanjutnya, idealnya pemegang kebijakan  segera bertindak cepat, cermat, dan bijak dalam membantu dan menyelesaikan sekolah-sekolah yang tidak ada siswanya. 

“Dengan melakukan pengawasan yang ketat dan membatasi jumlah penerimaan siswa baru pada sekolah-sekolah yang banyak diminati masyarakat, tidak memberikan peluang ‘kelas siluman’ dan permainan di belakang (memenuhi banyak titipan), maka  pemerataan akan terasa dan calon siswa berada di zona nyaman tanpa harus memaksakan diri harus di sekolah tertentu,” harap dosen Universitas PGRI Silampari ini. 

BACA JUGA:Wali Murid Berharap Pemerintah Tetap Adakan Seragam Sekolah Gratis, ini Jawaban Pj Wali Kota Lubuklinggau

Selanjutnya untuk sekolah-sekolah yang berdampak,  inovasi apa yang harus dilakukan? Tetap giat melakukan strategi yang cerdas dalam menarik minat siswa. Misalnya jauh sebelum kelulusan menyelenggarakan  kegiatan-kegiatan positif di sekolah dikhususkan  untuk  calon siswa.

Misalnya SMA/SMK/ MAN mengundang siswa SMP/MTs/MI. Lalu megadakan satu even positif sembari  penawaran program-program sekolah yang menarik. Selanjutnya jangan segan memberikan reward  untuk calon siswa yang berprestasi, misalnya bebas dari berbagai pungutan seperti  uang seragam, uang buku, dan lain-lain.

Demikian juga SMP/MTs/MI, adakanlah kegiatan positif dengan mengundang siswa-siswa Sekolah Dasar sambari memberikan kepercayaan bahwa sekolah kita memiliki keunggulan. Sekolah yang memilkii nilai plus, pasti akan menarik peminat.

Dan yang tak kalah penting adalah, aktif mengikutsertakan siswa pada berbagai kegiatan baik lokal mau pun nasional.  Optimalkan kemampuan guru sebagai pembimbing dan pendamping. Hal ini  tidak saja memberikan wawasan pada anak didik kita, namun sekaligus menjadi peluang sekolah kita diperhitungkan di mata masyarakat. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan