Dadang Sukses Terapkan Tehnologi Smart Farming
Dadang Kartiwa petani sayur di Desa Cipanjalu, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung Jawa Barat.-Foto: tangkapan layar-Youtube.com
Akhirnya Dadang bikin program tersebut yang dulu awalnya luas lahan tidak sampai 10 hektar. Bisa sampai 10 hektar secara bertahap.
Dadang mengaku terus melakukan evaluasi. Akhirnya pada 2018 bentuk Desa Tani 1 dengan lebar lahan 1,2 hektar. Pada tahun 2020 Alhamdulillah sudah kebuka 10 hektar buat 50 orang Mitra petani.
Dadang mengaku terjun ke dua pertanian sejak tahun 2002. "Menjadi petani itu sebetulnya benar-benar pilihan terbaik," paparnya.
Sayur di lahan koperasi produsen agrotenanti Pratama Indonesia-Foto: tangkapan layar-Youtube.com
Salah satu bukti nyata kata Dadang pada saat pedemi covid-19 berbagai bidang usaha banyak yang istilahnya bangkrut atau gulung tikar.
Mungkin salah satu yang paling bertahan salah satu potensinya paling bagus yaitu pangan.
Sampai kapanpun mungkin saya berpikiran sebelum kita meninggal pangan masih dibutuhkan. Itu mungkin baru sebatas lokal," paparnya.
Apalagi kalau misalkan tujuannya lebih luas lagi sebetulnya produk sayur mungkin khususnya di di Indonesia itu potensi untuk ekspornya sangat-sangat terbuka lebar.
Salah satu contoh mungkin produk fresh sayur yang benar-benar udah mungkin kalau di Singapura atau di Hongkong kualitasnya sudah tidak diragukan lagi yaitu baby buncisnya.
Alhamdulillah di agronatif juga kita produksi program budidaya juga baby buncis yang mungkin pasarnya sampai ke Singapura.
Untuk mematahkan mitos pertanian kotor, dekil sekrang teknologi pertanian benar-benar maju.
Mungkin dulu cuma nyangkul kotor-kotoran, sekarang kan sudah ada ioti sudah ada Smart farming.
BACA JUGA:Tiga Kali Gagal Panen Petani Sampaikan Keluhan Kepada Bupati Musi Rawas
Kebun sayur di lahan koperasi produsen agrotenanti Pratama Indonesia.-Foto: tangkapan layar-Youtube.com