Pergerakan JCH Lubuklinggau ke Arafah Pakai Skema Murur, ini Maksudnya

Rapat kegiatan bimbingan dan juga pengarahan ARMUZNA (Arofah, Musdalifah, Mina) yang diselenggarakan kloter 2 PLM oleh Sektor 6 di Mushollah Hermas Hotel Jarwal 5 Juni 2024.-Foto : Eni Puji Lestari / Kontributor Haji Linggau Pos-

MAKKAH, KORANLINGGAUPOS.ID – Pada kali pertama dalam pelaksanaan ibadah haji 1445 H atau 2024 M Indonesia menerapkan skema murur dalam pola pergerakan jemaah di masa puncak haji yang dimulai 11 Juni 2024 mendatang. 

Apa itu Murur?

Kontributor Haji KORANLINGGAUPOS.ID Eni Puji Lestari menjelaskan, sebagaimana yang disampaikan para petugas haji bahwa Murur adalah mabit (bermalam) yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah setelah menjalani wukuf di Arafah,  jemaah saat melewati kawasan Muzdalifah tetap berada di atas bus (tidak turun dari kendaraan) dan bus langsung membawa mereka menuju tenda Mina, inilah yang disebut Murur.

Bagaimana skemanya?

Untuk skema Murur rencananya akan diikuti oleh 25 persen jemaah haji Indonesia atau sekitar 55.000 JCH, termasuk jemaah asal Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

BACA JUGA:Laksanakan 10 Amalan ini Diawal Zulhijjah, dapatkan Pahala Setara Haji dan Umroh

Yang diprioritaskan ikut dalam skema murur ini kata Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama Subhan Cholid  adalah para jemaah lansia,  para pendamping lansia, termasuk JCH risiko tinggi (risti).

Subhan menerangkan,  penerapan murur ini dilakukan sebagai ijtihad serta ikhtiar untuk menjaga keselamatan jiwa jemaah haji Indonesia agar lancar mengikuti setiap rukun haji.

Kata Subhan, pemerintah juga telah memikirkan bagaimana agar pelaksanaan ibadah haji sesuai dengan syariah, bahkan pemerintah memikirkan penyediaan kerikil untuk lontar jumrah bagi jemaah.

Sehingga, meski pun tidak turun di Muzdalifah jemaah tidak perlu khawatir tidak dapat kerikil. Pemerintah membekali jemaah sejak ada di Arafah.

BACA JUGA:Kenapa Harus Ada Sidang Isbat, ini Jawaban Kemenag RI

Jadi, kata Subhan, pihak Mashariq menyiapkan kantong berisi kerikil sejumlah 70 buah untuk masing-masing jemaah. Ia menilai jumlah ini cukup untuk keperluan lontar jumrah Aqobah hingga selesai nafar tsani.

Menurut Subhan, pemberian kerikil ini akan dilakukan bersamaan dengan pemberian snack berat yang ditujukan sebagai layanan konsumsi di Muzdalifah nantinya.

“Jadi saat jemaah di Arafah, akan ada pembagian kantong kerikil beserta snack berat untuk di Muzdalifah, ingat baik kerikil maupun snack berat dua-duanya harus dibawa,  jangan ditinggal di Arafah,” pesan  Subhan untuk jemaah.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan