Wisata Kuliner Ala Tempo Dulu
Pasar Wit-witan Banyuwangi.-Foto : DTK-
LINGGAUPOS.BACAKORAN.CO - BANYUWANGI tak pernah lepas dari wisata dan tradisi. Bumi Blambangan juga menyimpan aneka kuliner enak dan unik dari segi tempat maupun konsep yang diusung.
Salah satunya Pasar Wit-witan. Pasar ini tergolong unik karena berada di bawah pepohonan rindang, dengan gubuk-gubuk para penjual.
Pasar Wit-witan berada di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh. Lokasinya dapat ditempuh sekitar 16 kilometer dari pusat kota Banyuwangi. Pasar ini buka setiap hari Minggu pukul 06.30-09.30 WIB.
Pasar Wit-witan lahir karena gagasan Camat Singojuruh, tetapi biaya pembangunannya ditanggung pemerintah desa. Dana yang dikeluarkan untuk membangun pasar ini sebesar Rp 1.250.000.
BACA JUGA:Tutorial Membuat Pangek Pisang Makanan Tradisional Khas Solok Selatan
BACA JUGA:Jangan Terlalu Sering Mengonsumsi Boba. Ini Bahayanya !
Tujuan pembangunan pasar ini untuk menggerakkan roda ekonomi masyarakat, serta sebagai dukungan untuk menciptakan tempat wisata kuliner khas dengan mengusung tema klasik ala tempo dulu.
Wit-witan berasal dari bahasa Osing Banyuwangi, yang berarti pepohonan. Pengunjung akan merasakan sensasi menikmati kulineran ditemani angin sepoi-sepoi, dengan tempat duduk dan meja kayu.
Makanan yang dijual di sini makanan tradisional khas Banyuwangi. Seperti lupis, tiwul, pecel pitik (ayam) khas Banyuwangi, gatot, botok (pepes) tawon, geseng bangong (itik jantan), putu, dawet, dan masih banyak lagi.
Hebatnya, pasar ini tidak menggunakan bungkusan plastik sebagai tempat makanan, tetapi menggantinya dengan daun, anyaman bambu, dan cobek dari tanah. Wadah minuman juga tidak menggunakan plastik, tetapi diganti tempurung kelapa atau potongan bambu. Ini sesuai peraturan dari pengelola.
BACA JUGA:Tips Aman Mengolah Jamur Enoki
BACA JUGA:Mari Mengenal Apa Sih Dessert Itu?
Pasar Wit-witan didesain dengan konsep pasar tempo dulu agar terlihat berbeda dari pasar pada umumnya. Di mana terdapat bangunan-bangunan lapak yang terbuat dari welit dan tiangnya terbuat dari bambu setinggi 2,5-3 meter.
Setiap penjual yang menyewa tempat di lapak Pasar Wit-witan dikenakan biaya Rp 10.000. Total ada 60 lapak. Para pengunjung tidak hanya warga Alasmalang, tetapi juga dari desa lain, bahkan turis mancanegara.(dtk)