SDN 75 Lubuk Linggau Fokus Bangun Sikap dan Perilaku Positif Anak

Dengan menerapkan P5, pendidik SDN 75 Lubuklinggau diharapkan mampu mendampingi proses belajar peserta didik dalam membangun akhlak mulia.-Foto : Dokumen-SDN 75 Lubuklinggau.

KORANLINGGAUPOS.ID - Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau P5 merupakan upaya pencapaian profil siswa Pancasila dengan menggunakan paradigma baru melalui pembelajaran berbasis proyek. 

Dengan menerapkan P5, pendidik diharapkan mampu mendampingi proses belajar peserta didik untuk mampu menumbuhkan kapasitas dan membangun akhlak mulia sebagaimana tergambar dalam profil peserta didik Pancasila.

P5 sebagai sarana pencapaian profil siswa Pancasila, diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk “mengalami pengetahuan” sebagai proses penguatan karakter, serta kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitar. 

Dimensi profil pelajar Pancasila menunjukkan bahwa profil pelajar Pancasila tidak hanya berfokus pada kemampuan kognitif saja, namun juga sikap dan perilaku sesuai dengan jati dirinya sebagai warga negara Indonesia dan global.

BACA JUGA:SDN 75 Lubuklinggau Gelar Karya P5, Bangun Komitmen Menuju Sekolah Ramah Anak

BACA JUGA:SDN 75 Lubuklinggau Punya Dua Program Unggulan

P5 adalah karakter dan kemampuan yang dibangun dalam kehidupan sehari-hari dan dihidupkan kembali dalam diri setiap individu siswa melalui budaya satuan pendidikan, pembelajaran intrakurikuler, proyek penguatan profil siswa Pancasila (pembelajaran kokurikuler), dan ekstrakurikuler.

Dimana P5 mempunyai 6 dimensi utama antara lain, beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, penalaran kritis, dan kreatif. 

Langkah mewujudkan P5 yaitu pembelajaran lintas disiplin dalam mencermati dan memikirkan solusi permasalahan di lingkungan sekitar untuk memperkuat berbagai kompetensi pada Profil Pelajar Pancasila. 

Oleh karena itu, dengan penerapan Kurikulum Merdeka saat ini, SDN 75 Lubuklinggau mengadakan P5 dengan tema “Kearifan Lokal” dimana siswa dari setiap kelas dibuat menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok diberikan satu jenis permainan tradisional yang berbeda. 

BACA JUGA:Susunan Upacara Bendera HUT RI ke 79, Ada 16 Urutan Rilis Kemendikbudristek 2024

BACA JUGA:SMA Islam Azhariyah Lubuklinggau Utamakan Pendidikan Karakter Siswa

Bermain permainan merupakan salah satu jenis aktivitas fisik yang dapat membantu tumbuh kembang anak sebagai individu maupun makhluk sosial. 

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa di era globalisasi saat ini, anak-anak cenderung lebih memilih bermain game online menggunakan gawainya dibandingkan dengan bermain game tradisional. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan