Warga Trianggun Jaya Musi Rawas Cemas Dikepung Gajah
RUSAK : Pondok milik warga yang berada di kebun rusak diduga diluluhlantakkan gajah liar di Desa Tri Anggun Jaya, Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas.-Foto : Dokumen-SUMATERAEKSPRES.ID
KORANLINGGAUPOS.ID - Pasca serangan gajah liar menewaskan ibu hamil di Desa Tri Anggun Jaya, Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas (Mura), warga sekitar masih resah.
Usai kejadian itu, sejumlah pondok kebun milik masyarakat hancur diluluhlantakkan oleh kawanan gajah yang mengamuk. Situasi ini, kembali memicu kepanikan warga sekitar Minggu 15 September 2024.
Kekhawatiran warga kian menjadi, ada yang melaporkan bahwa serangan gajah liar yang merusak kebun dan pondok warga intensitasnya makin sering.
Dilansir KORANLINGGAUPOS.ID dari SUMATERAEKSPRES.ID, AT Zidane, salah seorang penduduk setempat, mengungkapkan kekhawatirannya dengan situasi di Desa Tri Anggun Jaya, Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas.
BACA JUGA:4 Warga Hilang Nyawa, BKSDA Berikan Kiat Aman Menghadapi Gerombolan Gajah Liar
BACA JUGA:Ibu Hamil Asal Banyuasin Diserang Gajah di Musi Rawas, Nasibnya Tragis
Menurut AT, setiap malam warga di sana cemas. Khawatir gajah juga masuk ke pemukiman warga.
Terlebih kurun waktu tiga tahun terakhir, kebun beberapa warga jadi amukan gajah. Berbagai cara dilakukan warga untuk mengusir gajah dari permukiman, baik secara individu maupun kelompok namun belum membuahkan hasil.
Warga menabuh bunyi-bunyian agar gajah menjauh. Namun hal itu belum berdampak baik.
Parsono selaku Sekretaris Desa Tri Anggun Jaya dalam pernyataannya yang dikutip KORANLINGGAUPOS.ID dari SUMATERAEKSPRES.ID, bahwa serangan gajah liar terjadi hampir setiap malam dan menyebabkan kerusakan besar pada perkebunan warga.
BACA JUGA:Warga Resah Dua Tahun Konflik dengan Gajah
Menurutnya, warga cemas dikepung oleh kelompok gajah yang jumlahnya tak sedikit, bisa sampai 40 ekor gajah. Gajah-gajah ukuran besar itu kerapkali berkeliling di perkebunan warga. Belum lagi suaranya. Yang membuat warga cemas mau beraktivitas.
Untuk diketahui, kawasan HTI yang dulunya merupakan hutan dan habitat gajah sejak tahun 1992 menjadi tempat tinggal bagi warga transmigrasi , sehingga sejak 2020 konflik antara manusia dan gajah liar muncul dimulai dengan adanya warga pada tahun 2021 meninggal dunia.