5 Hikmah Banjir Besar yang Melanda Muratara, Catatan Hermansyah Syamsiar Ketua Komisi 1 DPRD Muratara
Hermansyah Syamsiar Politisi PKS yang juga Ketua Komisi 1 DPRD Muratara-KORANLINGGAUPOS.ID-Foto : Hermansyah Syamsiar
MURATARA, KORANLINGGAUPOS.ID - Selasa 16 Januari 2024, banjir di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) berangsur surut. Warga Muratara mulai kembali beraktivitas, memulihkan keadaan dengan sisa tenaga dan semangat yang ada. Banyak hikmah dibalik peristiwa ini.
Hal itu tertuang dalam catatan yang ditulis Hermansyah Syamsiar seorang Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang juga Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Muratara Tahun 2019-2024 berjudul ‘Refleksi Hikmah Banjir Besar Melanda Muratara Tercinta Januari 2024’. Berikut isi catatan tersebut.
Musi Rawas Utara atau Muratara merupakan satu wilayah yang letaknya di bagian utara Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan.
Sejak tahun 2013 dikenal dengan DOB Kabupaten Musi Rawas Utara disingkat MURATARA. Singkatan itu harapannya dengan potensi Sumber Daya Alamnya (SDA) melimpah yang sebagian besar belum ter-exploitasi.
BACA JUGA:Warga Muratara Bikin Status: Jangan Banjir Lagi Ya Allah, Mohon Ampun Ya Allah
Potensi kekayaan tambang yang dimiliki oleh Kabupaten Musi Rawas Utara adalah batubara, minyak dan gas bumi serta emas. Potensi-potensi lain antara lain pertanian, perikanan, perkebunan dan agro industry.
“Di berbagai momentum Regional maupun Nasional sering saya boomingkan dengan istilah MURATARA dengan harapan dan do'a sepuluh tahunan kedepannya singkatan itu bermetamorfosa menjadi MUtiaRA NusanTARA terkaya di Sumatera Selatan dengan potensi SDA-nya dapat menjadikan rakyatnya Makmur Adil Nan Sejahtera dan semoga ditakdirkan dapat mempunyai pemimpin yang berkapasitas nan amanah untuk mewujudkan impian besar itu dengan modal dasar potensi SDA berlimpah. Apabila dikelola secara profesioanl dan proporsional,” tulis Hermansyah Syamsiar.
Muratara telah dilanda musibah bencana banjir besar katagori banjir bandang.
“Seingat saya ketika masih kecil dulu tahun 1982-an dan masa remaja 1997-an pernah terjadi banjir besar dalam bahasa kami rawas tempo dulu "dalam abang " masih dianggap biasa, tetapi kali ini luar biasa yang tidak pernah dulunya terendam menjadi terendam lebih dari 1 meteran dengan air yang begitu deras dan keruh masuk perkampungan meninggalkan kesan traumatik ketimpangan sosial ekonomi dimensial akibat hujan lebat. Musibah ini dampak dari pembabatan hutan dan tambang liar (tidak berdampak pada Pendapatan Anggaran Daerah), pembabatan dan penambangan secara liar yang tidak beraturan secara liar di uluan sungai hingga merusak struktur tanah sungai jadi keruh dan keluhan berkepanjangan dan rusak biota sungainya, ini merupakan sebuah aib yang tak bisa ditutupi lagi,” tulisnya dalam sebuah catatan yang diterima KORANLINGGAUPOS.ID Selasa dini hari 16 Januari 2024.
BACA JUGA:20.000 KK di Muratara Terdampak Banjir, DPRD : Anggaran Dana Tanggap Bencana Harus Ditambah
Hermansyah Syamsiar melanjutkan, satu sisi hujan merupakan rahmat dan rezeki berikan Allah kepada hamba-Nya. Dengan hujan, Bumi yang asalnya tandus dan gersang bisa menjadi subur.
Ketika kemarau gersang kebakaran dimana mana melanda, kita bermunajat agar turun hujan.
Dengan nikmat hujan pula, kebutuhan hidup akan air dapat tercukupi. maka sepantasnya manusia bersyukur jika hujan turun.
Namun disisi lain, hujan juga bisa berubah menjadi bencana jika turun dengan intensitas tinggi dalam waktu cepat, Muratara yang notabenenya di bantaran Sungai Rupit dan Rawas yang memanjang dari uluan hingga ilir muara rawas dapat mengakibatkan banjir bandang atau longsor.