Lansia Alami Depresi Bahaya loh, Ini Saran Psikiater
Stres atau depresi yang dialamai para Lansia ini dapat memicu peluang demensia. -Foto : Dokumen-Disway.id
KORANLINGGAUPOS.ID - MEMEMASUKI fase Lanjut Usia (Lansia), berbagai keluhan kesehatan sering dirasakan. Apalagi bagi mereka yang tidak menjaga kesehatan diri sejak usia muda. Bahkan ternyata, di usia senja kita juga bisa stress.
Dan bahayanya lagi, stres atau depresi yang dialamai para Lansia ini dapat memicu peluang demensia.
Dikutip dari Disway.id, Dalam penelitian dan orasi ilmiah Prof. Dr. dr. Martina WS Nasrun, Sp.KJ Subsp.Ger (K) yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI), dijelaskan kondisi penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia dan tantangan yang dihadapi saat ini.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, lansia di Indonesia berjumlah 11,75% dari total penduduk. Artinya, sekitar 30 juta dari 270 juta penduduk adalah lansia (ageing population).
BACA JUGA:Depresi Picu Bunuh Diri, Berikut Cara Mengidentifikasi Gejala dan Mencegahnya
Dari angka tersebut, tercatat rasio beban demografi sebesar 17,08% yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif (15–59 tahun) menanggung 17 orang lansia.
Lansia yang tidak mampu mandiri, baik secara finansial, kesehatan, motorik, maupun kognitif, berpeluang mengalami depresi akibat ketidakberdayaannya.
Kondisi depresi ini ternyata menyebabkan lansia mengalami demensia 2,3 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak depresi. Selain itu, lansia yang menderita gangguan fisik, seperti diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol, dan penyakit jantung, memiliki risiko demensia lebih besar.
Demensia merupakan penurunan fungsi kognitif/intelektual yang berdampak terhadap fungsi sosial dan pekerjaan seseorang.
BACA JUGA:Apakah Anda Mengalami Gangguan Mental, Ternyata ini Ciri Psikologis Orang Mengalami Depresi
Gangguan ini mengubah perilaku dan perasaan, sehingga menurunkan kualitas hidup orang dengan demensia (ODD) maupun perawatnya (caregiver).
Selain depresi dan demensia, masalah kesehatan mental yang sering terjadi pada lansia adalah kesepian (loneliness), insomnia, serta pemakaian obat yang irasional termasuk polifarmasi dan OTC (over the counter, yang dibeli tanpa resep dokter).
Menurut Prof. Martina, kejadian kesepian-depresi-demensia (KDD) dapat dicegah melalui deteksi dini serta pengelolaan yang optimal, komprehensif, dan interdisiplin terhadap individu.
Program pencegahan depresi dimulai dengan mengurangi loneliness, meningkatkan resiliensi lansia, dan meningkatkan aktivitas sosial serta dukungan untuk lansia.