Maulid Akbar di Ponpes Mazro’illah II Mataram, ini yang Disampaikan Habib Ahmad Nabil
Pimpinan Pondok Pesantren Mazro’illah II Mataram Kakak Guru KH Moch Atiq Fahmi Lc (paling kiri) bershalawat bersama Habib Ahmad Nabil dan Abah Haji KH Syaiful Hadi Maafi, BA (Pendiri Ponpes Mazro’illah II) dalam Maulid Akbar Ahad siang 5 November 2023.-Foto : Dokumen Ponpes Mazro’illah-
“Ingat jemaah, kalau Allah sudah cinta kepada kita tangannya adalah tanganKu, kakinya adalah kakiKu, mata, lidah dan telinganya adalah mata lidah dan telingaKu. Maksudnya semua anggota tubuhnya akan dijaga oleh Allah dari perbuatan dosa dengan demikian akan semakin mudah melakukan kebaikan,” jelasnya.
BACA JUGA:4 November, Yuk Ngaji Maulid Akbar di Ponpes Mazroillah Lubuklinggau Bersama Habib Ahmad Nabil
Ia kembali mengingatkan ketika kita yang tulus cinta kepada Rasulullah, itu akan mengantarkan kita menjadi Kekasih Allah.
Manfaat kedua buah cinta kita pada Rasulullah, yaitu kita akan dicintai oleh Rasulullah.
Maka, jangan menyakiti Rasulullah dengan berbicara tidak pantas terhadap orang tua Rasulullah, maupin keturunan beliau.
Suatu ketika Rasulullah tidak melihat Haris lalu dicari ternyata ia sedang dalam kondisi bersedih. Ketika ditanya apa yang menyebabkan ia bersedih? Haris menjawab andai saya masuk surga saya tetap sedih, apakah saya akan bersama Rasulullah? Saya takut tidak lagi dapat memandang wajah Rasulullah?
Lalu Rasulullah menjawab “Engkau akan bersama orang yang kau cintai.” Orang Baduy polos-polos dan bertanya apa adanya pada Rasulullah. “ Ya Rasulullah kapan kiamat?”
Rasulullah balik bertanya, “Apa yang kau siapkan untuknya?”
“Saya tidak mempersiapkan banyak salat dan puasa. Tapi saya mencintai Allah dan Rasulnya.” Jawab badui itu.
Nabi tersenyum dan berkata “Engkau akan dikumpulkan bersama orang yang kau cintai.”
Nah, mengikuti syarat nabi merupakan bukti cinta. Ada juga kisah tentang seorang sahabat yang jenaka dan dicintai Rasulullah namanya Nuaiman. Ia membawa hadiah buah untuk Rasulullah kemudian penjual datang menagih Rasulullah.
Di samping cintanya pada Rasulullah, Nuaiman masih kesulitan menjauhi tradisi jahiliyah yaitu minum arakatau khamr. Setiap kali mabuk Nuaiman dibawa ke hadapan Rasulullah lalu dicambuk terus berulang kali.
Hingga suatu ketika ada sahabat yang kesal terhadap sikap Nuaiman dan melaknatnya. Mendengar itu, Rasulullah melarangnya untuk melaknat Nuaiman. Karena Rasulullah tahu kalau di hati Nuaiman ada cinta untuk Allah dan Rasulullah.