Edukasi Masyarakat Kenali TBC dan Bahayanya, RS Siloam Silampari Gelar Seminar Kesehatan
Direktur RS Siloam Silampari dr Susanti Abdiwidjaja, M.Biomed foto bersama para narasumber dan peserta Seminar Kesehatan, di Atrium Lippo Plaza Lubuklinggau Jum’at 29 Maret 2024. -Foto : Yezi Fadly-Linggau Pos
Dokter Freddy juga menjelaskan mengenai Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB), di mana ILTB ini adalah suatu keadaan dimana sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi tidak mampu mengeliminasi bakteri M.TB dari tubuh secara sempurna, tetapi mampu mengendalikan bakteri TBC sehingga tidak timbul gejala TBC.
BACA JUGA:App Store Donasi 1 Dolar, Apple Watch Series 9 Perangi HIV/AIDS melawan Malaria dan Tuberkulosis
Orang dengan ILTB apabila dilakukan TST (Tuberculin Skin Test) atau pemeriksaan IGRA hasilnya akan positif, tetapi hasil pemeriksaan rontgen, dahak dan Xpert MTB akan normal atau negatif.
Kelompok beresiko tinggi sakit TBC setelah terinfeksi yaitu Orang dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus)/AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) /ODHA (Orang Dengan HIV /AIDS), orang yang kontak serumah dg pasien TBC paru terkonfirmasi bakteriologis, terutama anak usia di bawah 5 tahun, orang dewasa, remaja dan anak usia di atas 5 tahun.
Kelompok lainnya yaitu orang dengan HIV negatif, pasien immunokompromais (daya tahan tubuh lemah) lainnya seperti keganasan, hemodialisis, mendapat kortikosteroid jangka panjang, persiapan transplantasi organ, dan lain-lain. Terakhir kelompok warga binaan lembaga pemasyarakatan, petugas kesehatan, sekolah berasrama, barak militer, pengguna narkoba suntik.
Materi kedua disampaikan oleh dr. Evi Silviana, Sp.A yang menjelaskan tentang TB paru pada anak.
Ia memaparkan data dari Kementerian Kesehatan tahun 2022, ada sebanyak 717.941 orang yang mengidap TB dan sekitar 14,03% atau 100.726 orang yang terjangkit TB merupakan anak-anak.
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2022, ditemukan sebanyak 18.122 kasus TB dengan 28,27% kasus terjadi pada anak-anak usia 0 sampai 14 tahun.
Sementara itu data dari Rumah Sakit Umum Dr.Mohammad Hoesin Palembang dari Januari sampai dengan Juni 2023, sebanyak 84 anak terkonfirmasi mengalami TB anak.
Risiko infeksi TB antara lain: terpanjar dengan orang dewasa dengan TB aktif, daerah endemis TB, kemiskinan, lingkungan dengan higiene dan sanitasi tidak baik, tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara, atau panti perawatan lainnya).
BACA JUGA:Waspada TBC, Kenali Gejala dan Cara Pencegahannya
Sedangkan risiko sakit TB yaituL usia anak<5 tahun, malnutrisi, keadaan imunikompromais, Diabetes mellitus, gagal ginjal, tingkat hunian yang padat, pengetahuan orang tua yang rendah dan ventilasi rumah yang tidak sehat.
“Diagnosa TB anak, dilakukan dengan melakukan pemeriksaan gejala klinis, seperti gejala batuk lebih dari 2 minggu, demam lebih dari 2 minggu, malaise (rasa lelah/tidak enak badan) dan penurunan atau tidak ada kenaikan berat badan. Selain itu ada pemeriksaan penunjang, yaitu pemeriksaan bakteriologis, pemeriksaan dahak tes cepat molekuler, uji Tuberculin dan foto toraks,” papar dokter Evi.
Materi ketiga disampaikan dr. Amelia Farianty, Sp.PD membahas tentang Kenali TBC Diluar Organ Paru.
Kasus TB yang terdiagnosis bakteriologis maupun klinis yang melibatkan organ selain paru seperti pleura (selaput paru), kelenjar getah bening, perut , kulit, tulang, saluran kemih dan kelamin (traktus genitourinarius).