Hindari Stunting, Ini Panduan MPASI yang Tepat untuk Anak
Salah satu zat gizi yang harus ada dalam pemberian MPASI adalah protein hewani seperti daging, ikan, ayam, dan telur.-Foto : Dokumen-Kemenkes RI
LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID – Anak anda mulai MPASI ? Bingung mau menu apa yang gizinya lengkap untuk anak kita. Apalagi MPASI sangat penting, untuk mencegah anak kita terkena stunting.
Bagi kalian yang masih bingung, tidak ada salahnyabanyak mencari literasi yang tepat untuk menjadi panduan anda saat menyiapkan menu MPASI anak anda.
Dikutip dari laman resmi milik Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Lovely Daisy mengatakan salah satu fase penting untuk mencegah stunting pada balita adalah setelah masa kelahiran, terutama saat bayi berusia 6-11 bulan dan 12-23 bulan.
Karena pada fase ini, terjadi lonjakan stunting hingga 1,6 kali lipat, yakni 13,7 persen saat anak berusia 6-11 bulan dan 22,4 persen saat anak berusia 12-23 bulan.
BACA JUGA:Kaya Nutrisi, Begini Cara Buat MPASI dari Bahan Sayur Bayam
Untuk itu menurutnya, jika ingin menurunkan stunting, upaya pencegahan pada fase ini harus diperkuat. Saat usia 6 bulan ini, saatnya bayi mendapatkan Makanan Pendamping ASI karena ASI saja sudah tidak cukup. Jadi, MPASI ini untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
Lovely pun menekankan, salah satu zat gizi yang harus ada dalam pemberian MPASI adalah protein hewani seperti daging, ikan, ayam, dan telur.
Hal ini karena pangan hewani mempunyai kandungan zat gizi yang lengkap, kaya protein, dan vitamin yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.
“Protein hewani mengandung asam amino esensial lengkap yang dapat membantu untuk pertumbuhan,” ucapnya dikutip KORAN LINGGAUPOS dari laman Kemenkes RI.
BACA JUGA:Bentuk Kementerian Khusus Makan Siang dan Susu Gratis Dinilai Berlebihan
Hal ini diperkuat dengan riset di 49 negara pada 130.432 anak berusia 6-23 bulan yang menunjukkan bahwa stunting pada balita disebabkan oleh rendahnya asupan makanan sumber protein hewani.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa konsumsi protein hewani yang beragam terbukti dapat menurunkan risiko terjadi stunting dibandingkan hanya konsumsi satu jenis makanan sumber protein hewani.
Selain itu, riset di Jakarta Pusat, DKI Jakarta, mengenai pola konsumsi pada anak usia 25-30 bulan baik yang berstatus stunting maupun normal menemukan bahwa anak yang mengonsumsi makanan rendah energi dan protein memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami stunting.
“Di sini, yang penting adalah konsumsi makanannya harus diperhatikan, mencukupi kebutuhan untuk mendukung pertumbuhannya,” tuturnya.