Sebagai motivasi sekarang sudah digembor-gemborkan ke depannya akan terjadi krisis pangan benar-benar mendunia. Mungkin itu salah satu peluang kita.
Kalau secara kedengarannya negatif itu krisis pangan di dunia. Tapi kan buat negara kita yang misalnya agraris bisa-bisa benar-benar dimanfaatkan sebagai peluang apalagi mungkin boleh disebut pertanian istilahnya pilihan terbaik.
Dengan adanya green house untuk mengatasi cuaca ekstrim.
Kelebihannya green house memang tidak terlalu pengaruh sama cuaca. Namun modalnya lumayan besar.
Permaslahn yang dihadapi petani dari tahun ketahun pasti ada hama baru. Ada kendala baru, cuacanya lebih ekstrem.
Kalau di sini dulu dari 2014 ada jargonya bertani dengan hati, ya itu kita harus benar-benar karena hati ngelakuin apapun juga.
BACA JUGA:Harga Naik Petani Kopi Full Senyum, Ada 1.246 Hektare Kebun Kopi di Lubuklinggau
Dadang mengaku hasil pertanian mereka sempat ekspor ke Hongkong dan Singapura. Perminggu rata-tara tiga kali totalnya mencapai 500 kilo.
Kelemahan petani kata Dadang manajerial pertaniannya. Ia sama-sama belajar cara ngemanage pertanian yang bagus itu seperti apa.
Dengan adanya kelompok lebih mempermudah untuk transfer informasi. Budidaya juga gitu kebun Desa Tani ini di 10 hektar ini semua proses dari awal dari penyemaian dari penaburan bibit.
Kita ada rumah semainya. Terus sudah dari rumah semai langsung ditanam. Jadi semua produksi kita ada yang di 10 hektar ini sampai ke pasca panennya.
Dari sortasi sampai ke packaging sampai pengiriman semuanya dibikin satu kawasan di kebun Desa Tani.
Terus satu bulan sekali ada pelatihan-pelatihan sama kelompok tani. Juga ada pengajian rutin.
"Selain itu juga ada kunjungan pelatih dari luar kota dari wilayah-wilayah di Indonesia," ucapnya.
Menurut Dadang pangsa pasar hasil pertanian mereka ada 5 jenis pasar yakni pasar tradisional, pasar modern atau super market, pasar online, pasar resto dan pasar eksport.
BACA JUGA:Harga Kopi Melonjak Tinggi Petani Kopi Rela Tidur di Kebun