Sebaliknya, penggunaan modal dan teknologi memiliki pengaruh yang signifikan. Terkait dengan fenomena ini, pemerintah dapat mengarahkan kebijakan pengembangan dan peningkatan kapasitas kewirausahaan bagi gerasi milenial dan generasi z melalui insentif dalam hal akses terhadap permodalan dan teknologi.
Gambar 4.20. Trend Jumlah UMKM Yang Beroperasi di TOS Menurut Waktu
Mengikuti hukum permintaan dan penawaran, peningkatan jumlah UMKM tersebut dapat terjadi dikarenakan adanya peningkatan aktivitas di TOS, yang diiringi dengan naiknya daya beli masyarakat. Naiknnya daya beli masyarakat seiringi dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi di Kota Lubuklinggau. Gambar 4.21. menunjukkan perkembangan PDRB Kota Lubuklinggau selama 2010-2022 (BPS Kota Lubuklinggau, 2023).
BACA JUGA:UMKM Binaan PLN Siap Go Global! Bussiness Matching Hadirkan Pembeli dari India
Kontribusi TOS dalam penyerapan tenaga kerja secara kumulatif sebanyak 169 orang. Penyerapan tenaga kerja didominasi oleh oleh UMKM dengan tenaga kerja 1 (satu) orang sebanyak 80 (67,3 persen) dan tenaga kerja 2 (dua) orang sebanyak 32 (27 persen). Selebihnya UMKM mempekerjakan 3 (tiga) orang sebanyak 5 (4 persen dan lima orang atau lebih sebanyak 2 (dua) atau sebesar 1,7 persen.
Perlu dilakukan percermatan lebih lanjut terkait kecenderungan bertambahnya jumlah pedagang di TOS yang cukup pesat dalam masa satu tahun terakhir. Apakah bertambahnya jumlah pedagang/UMKM tersebut disebabkan oleh semakin banyaknya pengunjung akibat membaiknya kondisi perekonomian masyarakat, ataukah justru karena susahnya mendapatkan lapangan kerja.
Gambar 4.21. Perkembangan PDRB Kota Lubuklinggau 2018-2022
b. Peran TOS Sebagai Media Promosi Produk UMKM
Penelitian ini menunjukkan prilaku penggunaan media sosial oleh UMKM. Hasil penelitian ini menunjukkan kepemilikan akun media sosial. Media sosial Facebook (FB), Instagram (IG), Whatsaap (WA) merupakan media sosial yang popular digunakan. Penggunanya sebanyak 21 sampai 24 persen dari UMKM. UMKM kategori ini ada yang memiliki lebih dari satu jenis akun media sosial. Diantaranya memiliki FB, IG dan WA, atau IG dan WA, atau FB dan WA. Meskipun demikian masih terdapat 77 (64,7 persen) yang tidak memiliki akun media sosial. Hal ini tidak berbanding lurus dengan karakteristik generasi milenial dan generasi z yang mendominasi UMKM.
Menurut Dimock (2019) siapapun yang lahir antara 1981 dan 1996 (usia 23 sampai 38 pada 2019) disebut sebagai Millenial, dan siapapun yang lahir dari tahun 1997 dan sesudahnya adalah bagian generasi baru (Generasi Z). Generasi millenial memiliki cenderung lebih optimis dan high achievers, mereka memiliki keyakinan bahwa mereka berpotensi menjadi hebat. Dalam bekerja mereka menyukai kelompok atau tim kerja, namun di sisi lain mereka merupakan generasi yang dinilai individualis. Mereka bertumbuh di era informasi digital dimana merupakan generasi pertama yang menikmati mudahnya mendapatkan segala jenis informasi tanpa perlu bertanya pada orang lain.
BACA JUGA:BPJPH Provinsi Sumsel Gelar Akselerasi Sinergi WHO 2024 Bagi Pelaku UMKM Kota Lubuklinggau
Bruce Tulgan (2013) menyebutkan bahwa Generasi Z memiliki 5 karakteristik utama. Pertama, media sosial adalah gambaran tentang masa depan generasi ini. Gen Z merupakan generasi yang tidak pernah mengenal dunia yang benar-benar terasing dari keberadaan orang lain. Media sosial menegaskan bahwa seseorang tidak dapat berbicara dengan siapa pun, di mana pun, dan kapan pun.
Media sosial menjadi jembatan atas keterasingan, karena semua orang dapat terhubung, berkomunikasi, dan berinteraksi. Ini berkaitan dengan karakteristik kedua, bahwa keterhubungan Gen Z dengan orang lain adalah hal yang terpenting. Ketiga, kesenjangan keterampilan dimungkinkan terjadi dalam generasi Z. Ini yang menyebabkan upaya mentransfer keterampilan dari generasi sebelumnya seperti komunikasi interpersonal, budaya kerja, keterampilan teknis dan bepikir kritis harus intensif dilakukan. Keempat, kemudahan Gen Z menjelajah dan terkoneksi dengan banyak orang di berbagai tempat secara virtual melalui koneksi internet, menyebabkan pengalaman mereka menjelajah secara geografis menjadi terbatas.
Jika dibandingkan dengan ciri-ciri Generasi Millenial dan Gen Z, pelaku UMKM yang beroperasi di TOS belum sepenuhnya mencerminkan sifat dan karakter yang seharusnya melekat. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya literasi terhadap media sosial. Kepemilikan akun media social dan pemanfaatannya untuk promosi produk belum dilakukan secara optimal. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut, mengingat penelitian ini tidak mencakup kepemilikan telepon pintar/android di kalangan UMKM.
BACA JUGA:Dosen Universitas Bina Insan Lakukan Pengabdian Kepada Masyarakat Pegiat UMKM di Jambi
Belum optimalnya penggunaan media sosial di kalangan responden juga dimungkinkan karena sebagian besar responden tidak pernah mengikuti pendidikan atau pelatihan bisnis (111 atau 93,3 persen) dan tidak mengikuti organisasi/perkumpulan/paguyuban bisnis (108 atau 90,6 persen). Siswanto dan Satriawan (2023) dalam penelitiannya menemukan bahwa pendidikan dan pelatihan memiliki pengartuh yang signifikan terhadap motivasi UMKM. Putri dkk (2023) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa pelatihan pelaku UMKM meningkatan inovasi dan jejaring bagi mereka.