KORANLINGGAUPOS.ID - Ingin menjadi jurnalis yang menghasilkan tulisan ”bernyawa”?
Salah satu kuncinya adalah menguasai sastra.
Dari segi disiplin keilmuan, keduanya memang berbeda.
Jurnalistik fokus pada data dan fakta, sedangkan sastra bermazab fiksi.
BACA JUGA:Peran Sastra dalam Kehidupan Sehari-hari
BACA JUGA:Mengolah Sastra dengan Diksi dan Kalimat untuk Memikat Hati Rakyat
Ukuran karya sastra tidak bertumpu pada seberapa akurat informasi yang disuguhkan.
Melainkan kemampuan penulis menyentuh emosi pembaca melalui diksi-diksi yang disuguhkan.
Juga melalui narasi yang menarik pembaca masuk ke dalam cerita yang disuguhkan.
Meski mazab jurnalistik dan sastra berbeda, bahkan terkesan bertentangan, namun keduanya saling menguatkan.
BACA JUGA:Didukung Fasilitas Lengkap, Murid SDIQ Ar-Risalah Lubuk Linggau Ikuti ANBK
BACA JUGA:SDIT Al Ikhlas Lubuk Linggau Unggulkan Ekskul Pramuka yang Memiliki Banyak Manfaat
Jurnalis yang mengerti soal sastra berpotensi menghasilkan tulisan mendalam sekaligus menggugah emosi pembaca.
Sebab ada perpaduan data dengan diksi yang cenderung metafora.
Data dan fakta diolah menggunakan diksi yang metafora, sehingga narasinya tidak kering.