LINGGAUPOS.BACAKORAN.CO - Dosa jariyah bisa dikatakan sebagai dosa yang berkelanjutan dan tiada berkesudahan dan terus menerus. Dosa ini juga akan terus menerus mengikis kebaikan.
Dalam buku Kultum 23 Ramadhan oleh Heri Suprapto dikatakan, mengajak kesesatan menjadi salah satu dosa jariyah. Mengajak kepada kesesatan maka dia akan mendapatkan dosa semisal orang yang mengerjakannya tanpa mengurangi dosa mereka yang mengikutinya.
Kita sering mendengar mengenai amal jariyah yang akan selalu mengalir walaupun si pemilik amal sudah meninggal. Di sisi lain, ternyata ada juga dosa jariyah yang juga sama sifatnya.
Sebagaimana amal jariyah yang pahalanya selalu mengalir sampai hari dihisabnya amal manusia, dosa jariyah juga tetap terus mengalir sekalipun orangnya telah meninggal, jelas Rian Hidayat dalam bukunya yang berjudul Memang untuk Dibaca; 100 Kisah Islami Inspiratif Pembangun Jiwa.
BACA JUGA:Info Terbaru, Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji 2024 Diperketat
Dosa jariyah ini akan selamanya ditimpakan pada si pelaku amal buruk, meski dirinya sudah tidak lagi mengerjakannya. Sepanjang masih ada manusia yang mengikuti mereka, para pelopor kemaksiatan, selama itu pula mereka akan mendapatkan limpahan dosa sekalipun sudah terkubur di dalam tanah.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang terkutip dalam buku Islam Hadir di Bumi Manusia karya Muwafik Saleh. Yang berbunyi sebagaimana berikut ini.
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, artinya: “Barangsiapa mengajak (manusia) pada petunjuk maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Barangsiapa mengajak (manusia) pada kesesatan maka dia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.”
Artinya: “Siapa yang memelopori satu kebiasaan yang buruk dalam Islam maka dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikit pun dosa mereka.” (HR Muslim)
BACA JUGA:Nestapa Petani Lubuklinggau – Musi Rawas, Sulit Dapat Pupuk Subsidi, Banyak Gagal Panen
Lalu bagaimana cara menghapus dosa jariyah?
Cara menghapus dosa jariyah tentu saja dengan cara bertobat dan meminta ampun kepada Allah SWT. Tobat yang dilakukan juga haruslah tobat nasuha. Tobat nasuha adalah tobat yang dilakukan dengan sepenuh hati, penuh keikhlasan, komitmen, kejujuran, kemurnian, dan ketulusan hanya karena Allah SWT, serta terlepas dari cacat dan cela, tulis buku Cara Bertaubat Menurut Al-Qur’an dan Sunnah karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd.
Tobat nasuha harus dikerjakan untuk semua jenis dosa, tidak hanya untuk dosa jariyah saja namun juga dosa-dosa dari kemaksiatan kecil juga. Oleh sebab itu, orang yang ingin bertobat nasuha harus memiliki keinginan kuat untuk terlepas dari dosa itu dan tidak akan kembali lagi.
Apabila dosa jariyah itu berkaitan dengan manusia lain dan hak-hak mereka, secara umum, untuk bertobat darinya memerlukan dua syarat, yaitu meminta ridha kepada mereka yang terzhalimi dan membayar kewajiban-kewajiban yang wajib dibayarkan kepada mereka.
Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Barang siapa yang pernah berbuat zalim terhadap harta atau kehormatan saudaranya maka hendaklah ia membebaskan dirinya (dengan membayar tebusan) pada hari ini juga, sebelum (datang hari ketika) dinar dan dirham tidak ada artinya, kecuali kebaikan dan keburukan.”