Tahu tujuan hidup dan untuk apa mereka hidup. Sesuatu yang tak dimiliki oleh robot secanggih apapun. Saat ini guru harus mampu mengajari anak cara belajar. Cara mencari ilmu dengan adab yang baik.
Peran guru yang sudah semakin bergeser tersebut dipicu dengan hantaman wabah Covid-19 yang membuat lumpuh dunia pendidikan yang terbiasa dalam pola satu komando.
Pola yang terkoyak karena tak relevan dengan percepatan perkembangan pendidikan yang sempat mundur karena wabah tersebut, kemudian berganti dengan Kurikulum Merdeka.
BACA JUGA:Guru SDN 49 Lubuk Linggau : Penting Sekali Komunikasi Aktif dengan Murid
Guru terperanjat dan bingung dengan dirilisnya Kurikulum Merdeka. Gonjang ganjing arah pendidikan bak kapal di tengah laut. Seakan tak melaju, padahal percepatan perbaikan mencapai beribu knot.
Mengapa hal ini terjadi?
Selalu butuh waktu untuk mempelajari dan memahami hal baru, apalagi yang berhubungan dengan pola pengajaran yang nyaman sebelumnya. Kendala guru berikutnya adalah pemahaman yang tidak sama antara tujuan dan cara. Siapa yang mencampur adukkan hal yang jelas berbeda ini adalah kepentingan oknum tertentu yang kemudian membuat cara menjadi tujuan utama.
PMM (Platform Merdeka Mengajar) adalah cara Pemerintah Pusat untuk menjembatani guru yang belajar dengan kendala jarak dan keterbatasan waktu, tapi kemudian menjadi ajang bergengsi untuk banyak-banyakan peserta yang mengakses PMM, tak perduli apakah guru yang disasar memerlukannya atau tidak. Kita terjebak!
BACA JUGA:18 Daftar Wilayah Penerima Tunjangan Sertifikasi Guru Triwulan 4 Tahun 2024, Adakah Wilayahmu?
BACA JUGA:Tunjangan Profesi Guru Bisa Dibatalkan Cair Kenapa? Ini Tiga Situasinya untuk Guru Sertifikasi
Untuk itu saya sangat bersepakat kalau kehadiran PMM dikembalikan kepada tujuan mulianya, begitu juga dengan evaluasi pelaksanaan guru penggerak dan hal lainnya.
Bukankah hakikat belajar adalah menganalisa dan memperbaiki langkah yang mungkin bergeser dari rencana awal? Saya sebagai guru bersepakat sebagaimana pembaca yang membaca tulisan ini.
Paradigma yang mengatakan ganti Menteri ganti Kurikulum sepertinya tidak berlaku dengan era saat ini. Penyesuaian dan penekanan pada Kurikulum Merdeka yang telah ada untuk lebih tajam dan bernas sebagai kiblat arah pola pendidikan Indonesia, tentunya menjadi kebahagiaan tersendiri. Ongkos yang besar untuk merubah kurikulum tentu akan berdampak pada anak didik.
Di era Menteri Pendidikan yang baru, peran guru semakin dinaikkan harkat dan martabatnya.
BACA JUGA:MTsN 1 Lubuk Linggau Sukses Gelar Workshop Peningkatan Mutu Guru dan Pegawai di Era Digital