Contohnya, anak perempuan yang lebih cenderung dekat dan sayang kepada ayahnya atau sebaliknya anak laki-laki yang lebih cenderung dekat dan sayang kepada ibunya.
Hal ini merupakan suatu pembelajaran bagi anak.
Tetapi ketika perilaku kekerasan yang diberikan oleh seorang ayah kepada anak perempuannya atau sebaliknya dengan berbagai konflik yang berbeda dapat menciptakan perasaan trauma bagi anak tersebut.
BACA JUGA:Penuhi Kualifikasi ini Kalau Mau Jadi Guru Ngaji di Lubuklinggau
Akibatnya timbullah perasaan benci kepada sosok ayahnya dan nantinya anak perempuan tersebut bisa membenci semua laki-laki, dan ia lebih memilih untuk menyukai sesama jenisnya.
Penyebab kedua, lingkungan / pergaulan.
Faktor lingkungan dan dengan siapa seseorang tersebut bergaul serta gaya hidup yang dipakai menjadi salah satu faktor penyebab yang paling dominan terhadap keputusan seseorang untuk menjadi bagian dari komunitas LGBT.
Dalam hal ini LGBT dapat dianalogikan sebagai sebuah virus yang dapat menyerang siapa saja.
BACA JUGA:Jalin Kekompakan, Plt Kepala SMPN Pagar Ayu Musi Rawas Gelar Family Gathering
Kembali lagi kepada sistem kekebalan tubuh seseorang tersebut untuk dapat menerima virus LGBT ini atau tidak, sebab sistem imun seseorang itu berbeda-beda.
Apabila tidak dilandasi dengan keimanan yang kuat, maka lingkungan tersebut akan bisa mempengaruhi, ditambah lagi hubungan pergaulan yang terkesan bebas dan tidak dengan aturan akan semakin memperkuat virus LGBT masuk ke dalam tubuh seseorang.
Faktor penyebab ketiga, genetik.
Berdasarkan hasil penelitian, dikatakan LGBT memiliki sifat yang bisa menurun dari anggota keluarga sebelumnya.
BACA JUGA:Kenali Gejala Anak Kena ADHD dan Cara Mengatasinya
Dalam dunia kesehatan, pada umumnya seorang laki-laki normal memiliki kromosom XY, sedangkan perempuan normal memiliki kromosom XX.
Akan tetapi dalam berbagai kasus ditemukan bahwa seseorang pria bisa saja memiliki kromosom XXY, yang artinya kelebihan satu kromosom.