LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID – Setiap anak bisa berprestasi. Asal orang tua dan guru bisa bekerjasama untuk menggali potensi anak dan mengarahkannya dengan benar. Hal ini disampaikan Buya Kurniadi Ilham, M.Si dalam Seminar Parenting SIT Mutiara Cendekia bertajuk ‘Strategi Mengatasi Kelelahan Pengasuhan Anak’ di halaman SIT Mutiara Cendekia, Sabtu pagi 2 Maret 2024.
Dalam Seminar Parenting yang diadakan Yayasan Pendidikan dan Dakwah Pelita Taqwa itu, Mama Papa peserta didik TKIT, SDIT maupun SMPIT Muriara Cendekia diajak mengenali potensi diri peserta didik melalui teori lima mesin kecerdasan dalam konsep STIFIn yang dikembangkan oleh Farid Poniman merujuk pada teori Psikologi Carl Gustaav Jung, Ned Herrman, dan Paul D Maclean.
Menurut Abi Kurniadi Ilham, kalau mengetahui mesin kecerdasan banyak sekali paket informasi yang bisa dikuak, mulai dari metabolisme tubuh, struktur tubuh, kekuatan dan kelemahan diri, pasangan kemistri unsur alam, cara belajar, kesesuaian profesi, cara bekerja, cara berhubungan, dan cara sukses menjalani hidup.
5 Jenis kecerdasan dalam konsep STIFIn yang merupakan singkatan dari Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling, dan Insting). Sensing dikenal dengan kecerdasan indrawi, Thinking sebagai kecerdasan logika, Intuiting sebagai kecerdasan indra keenam, Feeling sebagai kecerdasan emosi, dan Insting sebagai kecerdasan indra ketujuh.
BACA JUGA:Pelajar SIT Mutiara Cendekia Lubuklinggau Ikuti Munaqosyah Tilawah Wafa Pusat
Abi Ilham menjelaskan bahwa setiap mesin kecerdasan dapat dihubungkan dengan kecenderungan (dominasi) bagian otak yang kerap digunakan. Pada kecerdasan Sensing yang memiliki kelebihan pada panca indra yang lebih sensitif sehingga stimulus yang diterima melalui panca indra cenderung lebih mudah ditangkap dan direspons, bagian otak yang dominan digunakan adalah limbik kiri. Pada limbik kiri terdapat talamus yang berfungsi sebagai pusat pengaturan indrawi.
Kecerdasan Thinking memiliki kelebihan pada berpikir analistis dan logis. Cara berpikir individu Thinking merujuk pada sebab dan akibat. Oleh karena itu, semua informasi yang masuk harus rasional dan masuk akal. Kecerdasan Thinking menunjukkan dominasi neokorteks kiri yang di dalamnya terdapat lobus frontal yang berfungsi dalam kemampuan berpikir dan konsentrasi.
Kecerdasan Intuiting memiliki kelebihan pada indra keenam yang muncul berdasarkan proses berpikir atau istilah lain adalan intuisi. Intuisi itu dapat berwujud kreativitas yang tiada batas. Kecerdasan Intuiting mengantongi kemampuan berpikir jangka panjang sehingga mudah menemukan terobosan baru. Kecerdasan Intuting menunjukkan dominasi neokorteks kanan yang terdapat lobus oksipital yang berfungsi sebagai interpretasi visi.
Kecerdasan Feeling mempunyai kelebihan pada emosinya yang membuat individu mudah memahami orang lain sehingga mudah dikenal dan disenangi karena kepedulian dan empati. Kecerdasan Feeling menunjukkan dominasi limbik kanan yang didalamnya terdapat amigdala yang berfungsi sebagai pusat emosi manusia.
Kecerdasan Insting keunggulannya pada indra ketujuh yang merujuk pada naluri. Kecerdasan Insting menunjukkan dominasi otak reptilia atau di serebelum yang berfungsi sebagai pusat keseimbangan dan koordinasi gerakan tubuh. Oleh sebab itu, tipe kecerdasan ini mudah merespons atau spontan dan serba bisa.
“Setiap kecerdasan memiliki keunggulannya masing-masing. Misalnya individu dengan kecerdasan S memiliki keunggulan dalam menyimpan memori atau menghafal. Individu T jago matematika dan analisis. Sementara individu I luar biasa kreatif dan imajinatif, individu F mudah bergaul, sedangkan individu In suka menolong. Dengan keunggulannya masing-masing maka cara belajar mereka pun berbeda. S dengan menghafal berdasar urutan, T memahami rumus dan kerangka dengan baik, I menangkap konsep pola dengan visualisasi gambar, F dengan sering berdiskusi, dan In menggunakan cara gabungan yang nyaman,” ujar Abi Ilham.
Untuk itu, dapat disimpulan bahwa setiap individu memiliki potensi berprestasi dengan caranya masing-masing. Potensi dapat berwujud prestasi jika dikembangkan dengan cara yang benar.
Dan sebenarnya dalam penanganan individu dalam hal ini adalah peserta didik di sekolah, konselor (guru Bimbingan Konseling (BK)) memiliki metodenya masing-masing. Hal ini disebabkan lantaran kondisi setiap anak berbeda satu sama lain. Penanganan masalah hingga pengoptimalan bakat dan minat peserta didik tidak bisa disamakan satu sama lain. Oleh karena itu sangat penting bagi guru BK untuk selalu menambah ilmu serta pengetahuannya.