Lalu bagaimana agar puasa kita lebih bermakna?
Imam Al-Ghazali dalam kitab Minhajul Abidin memberikan wejangan agar lisan kita tetap terjaga dengan baik sebagai berikut:
Pertama, sadarilah bahwa perkataan lisan kita akan berpengaruh terhadap nasib kita secara umum.
Malik bin Dinar berkata: "Apabila kamu merasakan hatimu keras dan tubuhmu lemah, serta rezekimu terhalang, ketahuilah bahwa itu karena kamu telah mengungkapkan perkataan yang tidak memberi manfaat sama sekali padamu."
BACA JUGA:Inilah 5 Tips Agar Tidak Dehidrasi Selama Puasa Bulan Ramadhan
Kedua, kita dianjurkan untuk menjaga waktu dengan terus berzikir kepada Allah. Obrolan antar sesama selain berzikir cenderung mengarah pada kesia-siaan. Rekomendasi Al-Ghazali tersebut sangat relevan dilakukan saat kita berpuasa di bulan suci Ramadan. Lisan hendaknya lebih banyak untuk membaca Al-Quran, berzikir, atau lebih baik tidur.
Ketiga, menyibukkan diri untuk menjaga amal-amal kebaikan, seperti mengembangkan diri dengan banyak membaca buku atau kitab, tadarrus Al-Quran, dan lain-lain. Kesibukan dalam kabajikan akan mengurangi bahkan menghindarkan diri dari aktifitas "ghibah".
Lisan yang terlalu banyak berbicara bisa menjebaknya untuk menggunjing kejelekan orang lain, atau bisa mengeluarkan kata-kata yang membuat orang lain tersinggung.
Keempat, menjaga lisan dapat menyelamatkan diri kita dari malapetaka di dunia atas perkataan yang telah kita ucapkan. Sufyan al-Tsauri, ulama tersohor asal Irak berkata: "Janganlah mengeluarkan perkataan yang dapat mematahkan gigi-gigimu." Artinya, jangan pernah berkata tentang sesuatu yang menyebabkan kalian bisa tertimba musibah.
BACA JUGA:10 Hari Pertama Keistimewaan Bulan Ramadhan Dan Amalan Yang Dianjurkan
Kelima, sadarilah bahwa setiap apa yang kita ucapkan pasti berdampak di akhirat kelak.
Hendaknya selalu mengingat kesengsaraan dan hukuman di akhirat akibat lisan yang tidak terjaga. Ada kalanya lisan mengucapkan perkataan yang diharamkan dan ada kalanya mengucapkan perkataan mubah yang tidak ada manfaatnya (omong kosong).
Jadi, di momen bulan puasa ini, saatnya kita menjadikan sebagai laboratorium jiwa agar lisan (dan juga jari saat ber-medsos) dapat terkendali dengan baik. Jangan jadikan lisan ini sebagai pemicu kelak di hari pembalasan kita bangkrut amal (muflis) karena sering membicarakan aib sesama. Wallahu a'lam.(*)